Minggu
Aku adalah Binatang Jalang
Posted by kampongbulu at Minggu, Oktober 28, 2012 0 comments
Labels: Uneg - Uneg
Senin
Orde Baru Muncul Kembali
Posted by kampongbulu at Senin, Oktober 01, 2012 0 comments
Labels: Uneg - Uneg
Selasa
Dunia Pencitraan
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar ada peran berpura pura
Mengapa kita bersandiwara
Mengapa kita bersandiwara
Dengan muara menjadi priyagung (kelas atas) yang dihormati, kalau saya disuruh memilih, saya lebih suka menjadi priyayi (kelas bawah) karena disana terdapat legitimasi jati diri dari seorang manusia, itulah mengapa setiap masa revolusi, terjadi ketika para priyayi sudah muak dengan keadaan yang dilakukan para Priyagung, sebagian besar yang memulai revolusi adalah kaum buruh, sepertihalnya yang terjadi di Moscow, Rusia pada tahun 1917, saat itu pemikir Rusia (lenin) mulai merasakan bahwa ada kesenjangan yang terjadi didalam masyrakat, hukum Marxis berlaku saat itu, menimbulkan ketidakpuasan kaum buruh untuk segera melakukan rekonstruksi tatanan baru. Upah rendah dengan perkerjaan yang begitu sangat berat hanyalah dinikmati para priyagung saat itu, timbullah gejolak sosial yang mengharuskan perubahan, ingat. Revolusi hanya akan terjadi jika banyak orang tidak kuat terhadap keadaan, namun hal ini tidak bisa digeneralisir bahwa semua priyagung adalah panggal dari masalah, tidak. justru motor penggerak bagi kaum priyayi untuk bergerak adalah priyagung yang sadar akan kesetaraan hak dalam satu bangsa. namun tidak memungkiri, dunia pencitraan banyak terdapat dialam priyagung itu sendiri.
Saya teringat dengan sosok priyagung Minangkabau yang dijuluki "pahlawan siluman" bangsa Indonesia dalam memotori revolusi, Tan Malaka. Bisa dibilang dia bergerak dari bawah ke atas dengan begitu semangat patriotik yang luar biasa, hampir setiap era dia mengalami masa sukar yang luar biasa, saat jaman koloniar Belanda dia dibuang kesana-kemari, dalam pembuangannya itu dia sering berinteraksi dengan kaum buruh, termasuk di Moskow dia menjadi salah satu anggota Komintern (suatu perkumpulan komunis sedunia yang hanya memiliki beberapa anggota), kemudian di Tiongkok dia kembali dengan pimpinan kaum buruh yang luar biasa hebatnya dalam pemikiran, Dr Sun Yat Sen. seorang revolusioner yang tertembak mati dalam rencana picik bangsa kolonial saat itu, sampai kembali di Indonesia dia masih bergerak dengan kaum buruh, dengan menggunakan nama samaran, tanpa harus merasa menumbuhkan nama baiknya sebagai pahlawan nasional nantinya. Dia seorang priyagung yang mau turun kebawah tanpa memedulikan strata sosial yang terjadi saat itu.
Baik, aku kira tulisan ini cukup serius, bukan gayaku sebetulnya menulis dengan gaya serius seperti ini, tapi terkadang harus ada penekanan dalam sebuah tulisan yang kita harus buat. dan kembali lagi kita bisa mulai aktifitas kita tanpa pencitraan yang dibuat-buat, bukan manusia yang membuat kita bisa memperolah sederetan nama baik, tapi Tuhanlah Ya Muqolibal qulub, yang sanggung menggerakkan hati manuisa untuk menghaormati bahkan menghinakan kita. Dunia tanpa kepura-puraan akan begitu menyenangkan
Posted by kampongbulu at Selasa, September 11, 2012 0 comments
Labels: Uneg - Uneg
Rokok Intro Vs Mutan karet
Umar ibn Abdul Aziz berkumpul bersama Al-Qosyim ibn Muhammad, mereka berkumpul untuk mendiskusikan hadist, Umar selalu memabawakan sesuatu yang bertentangan dengan Al-qosim sehingga Al-qosim merasa tak enak, melihat itu Umar berkata kepadanya " Janganlah risau karena ikhtilaf mereka itu bagiku anugrah besar", dan setelah itu Al-qosim mencerikan apa yang dikatakn Umar kepada anaknya, Abdurrahman, ia membenarkan perkataan Umar itu dan memujinya, setelah itu diriwayatkan kisah ini oleh ibn Abdil Barr dan berkata " aku takjub dengan ucapan Umar bin Abdul Aziz, ia berkata "Aku tidak suka jika sekiranya sahabat-sahabat rosulullah tidak berikhtilaf, sekiranya mereka membawa satu pendapat saja, manusia pasti berada didalam kesulitan".
Posted by kampongbulu at Selasa, Juli 17, 2012 0 comments
Labels: Uneg - Uneg
Jumat
Indonesiaku Hampir Lulus
Indonesia adalah bangsa besar. Tanda kebesarannya antara lain adalah lapang jiwanya, sangat suka mengalah, tidak lapar kemenangan dan keunggulan atas bangsa lain, serta tidak tega melihat masyarakat lain kalah tingkat kegembiraannya dibanding dirinya.
Keluasan territorial dan kesuburan bumi maupun lautan, kekayaan perut bumi, tambang-tambang karun, keunggulan bakat manusia-manusia Indonesia, pelajar-pelajar kelas Olimpiade, kenekadan hidup tanpa managemen, ideologi bonek, jumlah penduduk, kegilaan genetic dan antropologisnya, dan berbagai macam kekayaan lain yang dimiliki oleh “penggalan sorga” yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia — sungguh-sungguh merupakan potensialitas yang tak tertandingi oleh Negara dan bangsa manapun di muka bumi.
Tetapi, sekali lagi, kita adalah bangsa yang lembut hati dan jauh dari watak Raja Tega. Kekayaan-kekayaan itu kita persilahkan dikenduri oleh industri multinasional dan orang-orang serakah: emas rojo brono diangkuti tiap hari ke mancanegara. Dan itu bukan kekalahan, itu adalah kebesaran jiwa. Kita bangsa yang kaya raya karena amat sangat disayang Tuhan, sehingga kita pesta shadaqah dan infaq. Rakyat kebanyakan ikhlas menderita karena memilih sorga, dan toleran kepada sejumlah minoritas yang memang memilih neraka. Itu terkadang rakyat ikut rakus sedikit-sedikit, dengan pertimbangan tak enak atau pekewuh kalau kita dari dunia langsung masuk sorga tanpa menengok saudara-saudara kita yang di neraka. Tak baik-lah itu. Apa salahnya kita mampir juga beberapa saat di neraka, ngerumpi dengan handai tolan di sana .
Bangsa kita adalah bangsa filosof. Kalau Presiden kita kontrakan dan Belanda atau terserah negeri maju manapun kita persilahkan memimpin, itu tidak berarti kita berada di bawah mereka. Dalam teori demokrasi, rakyat selalu tertinggi, Presiden dan Kabinet hanya orang yang kita upah dan harus taat kepada kita. Jadi sesungguhnya bangsa Indonesia tetap di atas. Sebagaimana seorang Imam shalat diangkat oleh makmumnya, Imam pada hakekatnya harus taat kepada makmum. Yang memilih ditaati oleh yang dipilih. Apalagi yang dipilih itu digaji. Makmum yang memilih Imam, tidak ada Imam memilih makmum.
Sejak 200 tahun yang lalu kekuatan bangsa Indonesia membuat dunia miris. Maka perlahan-perlahan, terdisain atau tak sengaja, terdapat semacam perjanjian tak tertulis di kalangan kepemimpinan dunia di berbagai bidang: Jangan sampai Indonesia menjadi bangsa yang besar, jangan sampai Negara Indonesia menjadi Negara yang maju. Sebab potensi alam dan manusia tak bisa dilawan oleh siapapun. Kalau diberi peluang, masyarakat Setan dan Iblispun kalah unggul dibanding ummat manusia Indonesia. Sedangkan orang Indonesia hidup iseng dan sambilan saja dalam melakukan apapun: setan-setan sudah semakin terpinggirkan dan kehilangan pekerjaan.
Dan kitapun sangat supportif kepada kehendak dunia untuk mengkerdilkan bangsa kita. Kita membantu sepenuh hati upaya-upaya untuk mengerkerdilkan diri kita sendiri. Sehari-hari, dalam pergaulan maupun dalam urusan-urusan konstelatif stuktural, kita sangat rajin menghancurkan siapapun saja yang menunjukkan perilaku menuju kemungkinan mencapai kebesaran dan kemajuan bangsa Indonesia. Setiap orang unggul tak kita akui keunggulannya. Setiap orang hebat kita cari buruknya. Setiap orang berbakat kita kipasi agar bekerja di luar negeri. Setiap orang baik takkan pernah kita percaya. Setiap orang tulus kita siksa dengan kecurigaan. Setiap orang ikhlas kita bantai dengan fitnah. Setiap akan muncul pemimpin sejati harus sesegera mungkin kita bikin ranjau untuk menjebak dan menghancurkannya.
Kita benar-benar sudah hampir lulus menjadi bangsa yang besar. Dan puncak kebesaran kita adalah kesediaan kita untuk menjadi kerdil.
Posted by kampongbulu at Jumat, Juni 22, 2012 0 comments
Labels: Uneg - Uneg
Rabu
Dan berkatalah Al-Qur'an
Posted by kampongbulu at Rabu, Juni 13, 2012 3 comments
Labels: Uneg - Uneg
Jumat
Titi Kolo Mongso ...
Ibadah/syari'at itu bukan output tapi input kan, syari'at islam itu kan inputnya sedangkan outputnya itu ya moralitas (akhlak) kita tidak bisa melihat orang dari inputnya tapi kita bisa menilai dari outputnya karena input hanya soal kita sama Tuhan, bukankah Kanjeng Rosul itu di suruh memperbaiki akhlak didunia ini "Innama Bu'ishtu Liutamimma Makarimal Akhlak" (Sesungguhnya Muhammad di utus untuk menyempurnakan akhlak) bukan liutamimmah syariat, ehehe.
Posted by kampongbulu at Jumat, Juni 08, 2012 0 comments
Labels: Uneg - Uneg
Senin
Bumi Menanti Cinta
Akhir-akhir ini aku muak kudu muntah ketika melihat berita tv, membaca koran, status FB yang menjalar menjadi debat kusir, semua itu hanya berisi tentang pembenaran - pembenaran pemikiran masing-masing orang. Indonesia ini memang negri Jancuk. Semua hal yang bisa dibilang sepeleh bisa menjadi sepoloh. Mulai dari politik yang selalu merasa menang sendiri, berkelahi gontok-gontokan tapi akhirnya rukun juga. aku jadi teringat perkataan Andy Noya dalam acaranya, dia pernah bilang "Dalam politik tidak ada lawan dan musuh abadi yang ada hanya kepentingan yang abadi". Kalo kita cermati bener juga kata bung Andy ini, ingat peristiwa Orde Baru???
Semua berambisi menjadi pemimpin bangsa,semua gontok-gontokan berdalih dengan pembenaran ideologi masing-masing . What the hell man !!!
Masalah agama, kalau ini jangan ditanya lagi, memang agama ini perkara sensitif bagi semua pemeluknya sepertihalnya wanita dengan umurnya selalu merasa sensi jika ditanya. Kalo boleh dibilang agama itu soal kita berikhtiar saja, terkait hasilnya kita yakini saja, benar atau salah itu bukan urusan kita,kalupun Gusti Allah turun langsung kebumi dan woro-woro pake speaker salon masjid menyatakan yang ini benar yang ini salah, apa kita bisa belajar??? tidak akan.karena kita sudah tau jawabnya.
Yang perlu kita yakini hanya Intansurullaha yansurkum wayutsabbit aqdaamakum (jika kamu menolong agama Allah, pasti Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukannmu), masalah cara kan banyak, ya inilah yang sering diperdebatkan masalah cara, kalau kita menolong orang tenggelam di laut kan bisa pake perahu feri, sampan, perahu dogolan atau bahkan pake helikopter sekalipun terus buat apa gontok-gontokan masalah cara, selak mati seng wong tenggelem iku.
Indonesia ini negara yang asyik jangan dibuat membosankan, kalau mau jujur orang Indonesia ini tidak cocok menjadi pemikir-pemikir serius sepertihalnya Plato, Nietsche, Al-Ghozali dkk, cocoknya orang Indonseia ini ya jadi Abu Nawas dengan segala selengekane, Indonesia ini kan negara howone adem-panas jadi seharusnya otaknya juga begitu, coba kita bagaimana kalu udara dingin panas bercampur kan jadinya gak karuan, yow wes nginiku seharuse wong Indonesia iki
Percaya atau tidak, seharusnya Indonesia ini menjadi sentral dunia, karena orang-orangnya sering slengek an , kalu kita cermati orang yang slengek an ini biasanya pinter menggombal dan orang yang pinter ngegombal ini seharusnya hidup penuh cinta. karena tidak akan ada gombalan kalau orang itu tidak punya cinta. Nah cinta inilah yang dibutuhkan dunia saat ini. Dengan cinta semua strata kasta tidak bermakna, Bima yang dari kalangan satria rela menikah denga Dewi Arimbi dari kalangan denawa/raksasa, semua dilakukan Bima karena sudah kesemsem sama Dewi Arimbi alias jatuh cinta, dan hasilnya muncul Gatot Kaca dari pernikahan mereka berdua, opo ora sakti Gatot Kaca iku, manuvere pesawat Sukoi aja masih kalah jauh sama terbangnya Gatot Kaca.kalo pesawat Sukoi menabarak gunung Salak terus ambles pesawatnya, beda dengan Gatot Kaca, dia menabarak gunung Himalayapun yang ambles gunungnya bukan dianya, dengan cinta semua itu terasa indah, seperti kata almarhum gombloh "Kalau cinta melekat tai kucing rasa coklat".
Percaya deh, manusia ini seharusnya diciptakan dengan watak slengek an bukan serius, dari awal penciptaannya manusia sudah slengek an, nabi Adam AS sudah diberi kedudukan yang enak disurga ditemani sang istri Siti Hawa yow ije slengek an jupuk buah kuldi , ya dihukum Adam turun kebumi. Jadi Bumi yang indah ini butuh cinta kita kawan, cintai Bumi agar dia bernafas kembali. Sekian dan terimah kasih .
Posted by kampongbulu at Senin, Juni 04, 2012 0 comments
Labels: Uneg - Uneg
Jumat
Ziarah Ke Makam Tuhan
Posted by kampongbulu at Jumat, Mei 04, 2012 1 comments
Labels: Uneg - Uneg
Konferensi Lintas Dimensi
Posted by kampongbulu at Jumat, Mei 04, 2012 0 comments
Labels: Uneg - Uneg