Terkadang, mungkin perlu aku ungkapkan apa yang ada, dan mungkin juga banyak tersimpan rahasia dalam detak jantungku ini, Aku tak ingin siapapun tau, Tapi tentang dirimu. sungguh, aku akan umumkan pada SEMESTA. kalau aku memang cinta kamu.
Dan aku biasa memanggilmu dengan Lailaku.kau tau, Laila adalah malam, saat itulah saat dimana aku sangat tenang, nyaman dan sungguh sangat suka malam.
L,
aku percaya tidak pernah ada kerinduan yang lunas terbayar. Maka biar
aku kisahkan sebuah penantian panjang akan rindu. Kau pasti akan berpikir
bahwa aku menjadi hiperbolis lagi. Mungkin, tapi serupa garis pada
pantai, aku hanya mencoba berpikir lebih panjang. Sepanjang rindu Qais pada Lailanya, begitupula Aku pada Lailaku.
L, rindu itu berkecambah dalam perbincangan kita. Perbincangan larut malam yang kita lalui. Perbincangan tentangmu,
tentang hidup yang keras, sungai yang dalam, tanah yang hilang dan mimpi
yang tinggi.
L, rindu itu melebar, berkembang dan mengeras. Adalah obsesi akan
penaklukan yang menunjukan jalan. Bahwa dalam setiap rindu ada pesan dan
keberanian untuk bertemu. Kau membuatku mengerti, bahwa untuk menghargai
hidup maka aku harus merindu sangat hebat.
L,
aku menikmati rindu tapi bukan masokis. Adalah sesat menikmati kesendirian, namun terpujilah mereka yang mengamini pencerahan lewat rindu. Rindu mungkin mengajarkan rasa sakit, dan rasa sakit mengajarkan
kesembuhan. Dan kesembuhan mengajarkan kedewasaan. Namun rindu yang tak
berperih mengajarkan sikap.
L,
aku tahu kau benci kata gombal. Padahal demi langit yang biru dan tanah
yang basah, aku tak mahir menggombal. Dulu saat SMA, nilai gombalku
selalu merah, guru selalu memandangku sendu 'sungguh malang nasib
wanitamu kelak, karena kau tak pandai mengumbar rasa'.
L, sungguh
aku ingin bertemu. Bukan karena takut saat ini aku tak di depanmu. Tapi
hutang tanggung jawab mencegahku pergi, setelah tugas ini selesai aku
akan kesana. Menemuimu untuk menagih janji, sepiring masakan yang kau masak dengan keringatmu sediri. Bukankah kau tau aku ingin merasakan masakanmu yang keasinan itu?
L,
maaf aku suka mengintip. Mengintip wajahmu dalam jaringan sosial. Yang
melengkung luas seperti gurun, namun syahdu seperti senja warna emas
pada bulan Januari. Tapi kau selalu meracau betapa pendek, kurus dan
jeleknya dirimu. Namun aku selalu bergumam, tentang betapa sempurna,
indah dan sederhananya dirimu.
L,
aku tahu kau tak suka nasihat. Tidak dari orang payah macam aku, tapi
kumohon. Baik-baiklah kau disana, ingatlah untuk istirahat. Selembar
badanmu yang tipis itu mungkin kuat, namun karang paling keraspun akan
rapuh diterjang angin.
L,
bisakah kau turuti aku sekali saja? Berhentilah khawatir pada orang
lain, hatimu yang hampir maha luas itu suatu saat akan penuh dengan
curahan hati orang lain. Dan pada akhirnya akulah yang paling khawatir melihatmu resah.
L, aku benci kau marah. Dan sialnya marahmu itu seperti hujan
musim semi, aku tak pernah tau kapan akan terjadi. Bukankah sudah
kubilang, aku tak mengerti tak mengerti perempuan, dan aku tak mengerti
kau. Bahkan ilmu semiotika paling wahid pun, tak mampu mengurai penanda
dan petanda rasa yang kau umbar. Sungguh aku tuna citra, karena pesonamu
yang bening itu.
L,
Pada awalnya adalah pesona akan nalar, yang dibalut dalam sebuah mata
indah tulus dibalik kaca. Aku percaya matamu yang luas itu adalah
anugrah. Yang mampu menahan laju gelombang kesedihan yang paling besar
sekalipun.
4 comments:
semoga dia orang terakhir,, hanya itu doaku,, sebagai teman yg beberapa kali menjadi saksi kisah cinta lewat tulisan sendumu,, wkwkwk
=))
wkwkwkwkwkw.... dan inilah mungkin kenyataannya dud...wkwkwkw..oh ya HBD ya, semoga selalu diberi yang terbaik..ikiki
cyberlove hahaha
wkwkwkw... yang penting kan cinta.. wkwkwkw
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar
sampaikan unek-unekmu....!!!