Memasuki awal tahun 1989, sebuah sandiwara radio mahakarya dari S. Tidjab dikumandangkan secara nasional dengan judul Tutur Tinular. Awalnya sepi peminat, tapi lama kelamaan gaungnya makin menggema. Masyarakat begitu terlena dibawa S. Tidjab menyaksikan detik-detik keruntuhan Singhasari dan awal kebangkitan kerajaan teerbesar di Indonesia, yaitu Majapahit lengkap dengan kisah heroik dari Raden Wijaya, Lembu Sora, Ranggalawe, Nambi, Arya Wiraraja, dan tokoh patriot lain.
Semua kisah itu diramu begitu anggun oleh S. Tidjab, sang empunya cerita bersama dengan kedahsyatan pamor pedang Naga Puspa milik Arya Kamandanu, ratapan kesedihan si cantik Mei Shin, syair cinta surgawi milik Arya Dwipangga, dan percik-percik amarah dari si "lengan seribu" Sakawuni. Tak lupa sebagai garnish, Pak Tidjab menambahkan gaung ajian Segoro Geni dan Tapak Wisa milik Mpu Tong Bajil dan Dewi Sambi yang menjadi tabir gelap dari cerita. Bravo! Sungguh sebuah mahakarya yang sederajat dengan Legend of the Condor Heros, sang pembuka Trilogi Condor milik pujangga Chin Yung yang fenomenal itu.
Setali tiga uang, visualisasi atas karya agung ini akhirnya dibuat dalan layar lebar pada tahun yang sama dengan judul Pedang Naga Puspa. Masyarakat yang selama ini hanya bisa berimajinasi tentang sosok Arya Kamandanu dan Mei Shin, untuk pertama kalinya bisa menyaksikan secara visual tokoh kesayangan mereka lewat peran apik oleh Benny G. Rahardja dan Elly Ermawatie. Sukses dengan layar lebar pertama, ketiga sekuel lainnya pun akhirnya diproduksi hingga tahun 1992 dan berhasil memikat penonton yang tidak sedikit.
Puncak keemasan kisah Tutur Tinular pun akhirnya dimulai. Pada tahun 1997, PT. Gentabuana Pitaloka memproduksi serial televisi Tutur Tinular untuk pertama kalinya. Tidak tanggung-tanggung, selain melibatkan sederet sineas dan artis papan atas negeri ini, serial ini juga melakukan pengambilan gambar di negeri China selama 2 pekan. Penggarapan di negeri Tirai Bambu tersebut dikerjakan oleh para sineas China yang sudah kenyang asam garam penghargaan di berbagai festival film. Bahkan demi keseriusan penggarapan, peran Mei Shin dipercayakan pada aktris Li Yun Juan, seorang aktris China spesialis film bergendre laga kolosal. Hasilnya cuma satu kata : fantastis.
Tapi roda memang selalu berputar. Ada era keemasan, pasti ada era kehancuran. Tutur Tinular versi 2011 adalah kehancuran bagi Tutur Tinular. Sakit memang, jika kita melihat taman Surgaloka dihancurkan menjadi TPA Bantar Gerbang. Tapi itulah yang sekarang terjadi. Gentabuana Pitaloka yang memuliakan Tutur Tinular tapi Gentabuana Paramitha yang menistakan Tutur Tinular.
Tidak ada lagi deretan sineas papan atas negeri ini, yang ada seorang sineas asing dan sineas lain yang namanya tidak pernah bergaung di dunia seni peran Indonesia. Jangankan ada aktris papan atas negeri Tirai Bambu yang bermain disini, yang ada model linglung yang tidak mengerti dunia seni peran dan akhirnya jadi cemoohan para kalangan elite. Tidak ada lagi pamor Pedang Naga Puspa, yang ada seruling lagu India milik bocah Krisna yang cocok buat nina bobo bayi berdarah India. Tidak ada lagi rintihan kesedihan Mei Shin, yang ada pekikan tawa Mak Lampir yang memuakkan. Tidak ada lagi buaian syair indah Arya Dwipangga, yang ada teror menakutkan dari bayi setan bajang. Dan tidak ada lagi keruntuhan Singhasari, yang ada keruntuhan Manguntur karena dikuasai buto ijo.
Siapa yang salah? Produser, sutradara, senulis skenario, atau artis? Yang salah adalah kebodohan. Tidak akan ada orang licik jika tidak ada orang bodoh. Tidak akan ada tayangan sampah jika tidak ada orang bodoh yang menontonnya. Anda setia mengikuti Tutur Tinular versi 2011? Silahkan! Tapi saya tidak
Semua kisah itu diramu begitu anggun oleh S. Tidjab, sang empunya cerita bersama dengan kedahsyatan pamor pedang Naga Puspa milik Arya Kamandanu, ratapan kesedihan si cantik Mei Shin, syair cinta surgawi milik Arya Dwipangga, dan percik-percik amarah dari si "lengan seribu" Sakawuni. Tak lupa sebagai garnish, Pak Tidjab menambahkan gaung ajian Segoro Geni dan Tapak Wisa milik Mpu Tong Bajil dan Dewi Sambi yang menjadi tabir gelap dari cerita. Bravo! Sungguh sebuah mahakarya yang sederajat dengan Legend of the Condor Heros, sang pembuka Trilogi Condor milik pujangga Chin Yung yang fenomenal itu.
Setali tiga uang, visualisasi atas karya agung ini akhirnya dibuat dalan layar lebar pada tahun yang sama dengan judul Pedang Naga Puspa. Masyarakat yang selama ini hanya bisa berimajinasi tentang sosok Arya Kamandanu dan Mei Shin, untuk pertama kalinya bisa menyaksikan secara visual tokoh kesayangan mereka lewat peran apik oleh Benny G. Rahardja dan Elly Ermawatie. Sukses dengan layar lebar pertama, ketiga sekuel lainnya pun akhirnya diproduksi hingga tahun 1992 dan berhasil memikat penonton yang tidak sedikit.
Puncak keemasan kisah Tutur Tinular pun akhirnya dimulai. Pada tahun 1997, PT. Gentabuana Pitaloka memproduksi serial televisi Tutur Tinular untuk pertama kalinya. Tidak tanggung-tanggung, selain melibatkan sederet sineas dan artis papan atas negeri ini, serial ini juga melakukan pengambilan gambar di negeri China selama 2 pekan. Penggarapan di negeri Tirai Bambu tersebut dikerjakan oleh para sineas China yang sudah kenyang asam garam penghargaan di berbagai festival film. Bahkan demi keseriusan penggarapan, peran Mei Shin dipercayakan pada aktris Li Yun Juan, seorang aktris China spesialis film bergendre laga kolosal. Hasilnya cuma satu kata : fantastis.
Tapi roda memang selalu berputar. Ada era keemasan, pasti ada era kehancuran. Tutur Tinular versi 2011 adalah kehancuran bagi Tutur Tinular. Sakit memang, jika kita melihat taman Surgaloka dihancurkan menjadi TPA Bantar Gerbang. Tapi itulah yang sekarang terjadi. Gentabuana Pitaloka yang memuliakan Tutur Tinular tapi Gentabuana Paramitha yang menistakan Tutur Tinular.
Tidak ada lagi deretan sineas papan atas negeri ini, yang ada seorang sineas asing dan sineas lain yang namanya tidak pernah bergaung di dunia seni peran Indonesia. Jangankan ada aktris papan atas negeri Tirai Bambu yang bermain disini, yang ada model linglung yang tidak mengerti dunia seni peran dan akhirnya jadi cemoohan para kalangan elite. Tidak ada lagi pamor Pedang Naga Puspa, yang ada seruling lagu India milik bocah Krisna yang cocok buat nina bobo bayi berdarah India. Tidak ada lagi rintihan kesedihan Mei Shin, yang ada pekikan tawa Mak Lampir yang memuakkan. Tidak ada lagi buaian syair indah Arya Dwipangga, yang ada teror menakutkan dari bayi setan bajang. Dan tidak ada lagi keruntuhan Singhasari, yang ada keruntuhan Manguntur karena dikuasai buto ijo.
Siapa yang salah? Produser, sutradara, senulis skenario, atau artis? Yang salah adalah kebodohan. Tidak akan ada orang licik jika tidak ada orang bodoh. Tidak akan ada tayangan sampah jika tidak ada orang bodoh yang menontonnya. Anda setia mengikuti Tutur Tinular versi 2011? Silahkan! Tapi saya tidak
38 comments:
entah kenapa, saya juga termasuk yang sangat menyayangkan kenapa versi 2011 itu sangat bikin muak, pertama nonton saya mengira bakalan luarbiasa, tapi espektasi saya terlalu tinggi, benar2 memuakkan, hanya pertama menonton dan belum berapa menit sudah langsung saya ganti channel.
Versi 1997 itu baru sesuatu yang bisa di bilang LUAR BIASA, sampe sekarang saya masih menyimpan beberapa serinya.
bagi linknya untuk film tutur tinular versi 1997,,,untuk di download..krena dari kecil sya suka ikuti film trsebut
bagi saya tutur tinular versi 1997 itu sangat fantastis dan bernilai seni yg tinggi, penuh pesan2 moral, penggunaan tata bahasa yg bagus, terasa natural dan byk lg hal2 lainnya yg tdk bisa disandingkan dgn tayangan laga ecek2 jaman skrg, entah knp film kolosal lokal ini bagi saya terasa begitu megah
Saya juga penggemar film kolosal Tutur Tinular 1997. Selain Misteri Gunung merapi, dan Angling Dharma.
Saya juga punya 27 episode Tutur Tinular, 35 episode Misteri Gunung Merapi, dan beberapa episode Angling dharma. Setuju sekali klu film ini ditayangkan kembali :)
Kangen peran mas Anto Wijaya., gmn kbrx skrg.!?😭😊
setuju...sangat setuju klau film kolosal kita seperti saur sepuh dan tutur tinular adalh karya seni tinggi di jamannya,,mlihat film2 skarang jadi sedihhh.. Pertanyaannya knapa kok produser di era skarang tidk ingin memproduksi film spt dl dengan penggarapan lbh apik dibidang teknologinya..apa gak kepengen punya film kolosal berkualitas...jadi heran sendiri.
betul. yg versi 97 itu sy kagum krn ada shuting di cina. dan sy kagum dgn aktris mei shin, smpe sekrg masih kebayang. perfecto!
yang menjadi Mei Shin (Li Yun Juan) cantik sekali :X
bagus yang tahun 97 .. feel nya dapet .. dan pengisi suaranya yang juga pengisi suara versi radio luar biasa .
tutur tinular 2011 hoak...penuh kebohongan...
Saya belum pernah lihat versi 2011. Tapi, sejak awal promosinya, saya sudah sangat tidak percaya bahwa versi 2011 itu bakal setia pada cerita aslinya. Bagi saya, TUTUR TINULAR 1997 tetap TAK TERGANTIKAN.
https://www.facebook.com/notes/ariyanto-sugo/serial-silat/1633197293657398
Sekedar menyambung, kalau pun Tutur Tinular di-produksi ulang -tanpa melenceng dari cerita aslinya- mungkin akan terkendala sistem sensor kita yang payah. Di versi 1997, kita bisa nangis melihat gugurnya Ranggalawe atau Lembu Sora yang sangat heroik. Sudahlah, Kang Si Bul, seperti saya bilang sebelumnya... versi 1997 tidak bakal bisa digantikan.
Versi 2007 sangat apik penggarapannya dan sangat serius. Mulai dari tutur bahasa,backsound musicnya elegan,alih suaranya mantap dan juga sangat natural. Tontonlah beberapa kali anda tak akam pernah bosan dengan alur ceritanya. Seakan akan cerita fiktif ini menyatu dengan sejarah real nya. Coba ada sutradara yg serius menggarap dengan alur yg sama.bisa jadi tolak ukurnya mahabarata th 1991 yg sudah sangat legendaris bisa tergantikan dengan mahabarata versi 2015 yg sangat mewah dan elegan.
Saat ini tutur tinular bersi 97 diputar ulang di rtv stiap selasa ~ kamis jam 21.30 silah kan tonton bagi yang rindu dengan akting terbaik dengan aktor terbaik film laga terbaik. Di rtv
Saat ini tutur tinular bersi 97 diputar ulang di rtv stiap selasa ~ kamis jam 21.30 silah kan tonton bagi yang rindu dengan akting terbaik dengan aktor terbaik film laga terbaik. Di rtv
Tutur tinular versi 1997 memang tiada duanya,,,,,
TUTUR TINULAR senin-Kamis jam 20.30 WIB tayang di RTV, Jum'at-minggu Angling Dharma pd jam yg sama.
Versi 97 memang totalitas dalam pembuatannya, karya seni tingkat tinggi tiada duanya
Knp ya teknologi mkin canggih kok kualitas film mkin jelek. Ada yg bisa kasih tau knp? Tutur tinular 97 the best ever
karna film jaman sekarang lebih mengutamakan keuntungann daripada kualitas.. apalagi sinetron :(
mei shien nya cantik banget (lie yun juan) ada yg punya profil nya gk ?
Versi 97 memang hasil karya yg sangat total dlm pmbuatanx....versi 97 mantap
Versi 97 memang hasil karya yg sangat total dlm pmbuatanx....versi 97 mantap
Senang sekali melihat tutur tinular dan angling dharma di rtv. Benar2 keren.
Saya Like Versi 1997,.. Fantatis,... Versi 2011,.. tidak Layak,.. ngawur & mLencong dr Sejarah,...!!? Seperti mau mengotori sejarah saja untuk versi 2011
Kayak bukan orng indonesia saja yg bikin versi 2011...nguwawurrrrrr
Versi 2011 memang SAMPAH. Saya pengen sekali versi terbaru sebagus versi 1997. Ceritanya juga jgn diganti2 seenaknya, jadi gak jelas ceritanya. Kalau bisa pemain2nya juga pendatang baru, gak usah artis TOP, sebab artis TOP jaman sekarang cuma bisa jual TAMPANG artis KARBITAN yang terkenal karena MENANG SMS, tapi aksinya NOL BESAR.
Andai Pak S.Tijab mau tuntut ke jalur hukum itu bisa dilakukan
Walau ditonton berkali2 tetap mampu meneteskan air mata melihat perjalanan hidup mei xin... versi 1997 memang paling berkualias..
Walau ditonton berkali2 tetap mampu meneteskan air mata melihat perjalanan hidup mei xin... versi 1997 memang paling berkualias..
Walau ditonton berkali2 tetap mampu meneteskan air mata melihat perjalanan hidup mei xin... versi 1997 memang paling berkualias..
Film natural...enak ditonton...
Legenda Arya Kamandanu barusan tamat, besok tgl 1 desember mulai lagi angling darma. Mudah2an ada lagi film berkualitas...
Legenda Arya Kamandanu barusan tamat, besok tgl 1 desember mulai lagi angling darma. Mudah2an ada lagi film berkualitas...
Cerita Tutur tinular memang bagus banget, melekatkan cerita fiktif pada cerita sejarah sehingga orang tidak bosan belajar sejarah, mie Shin sedih banget nasibmu hihihi..masih kebayang sama wajahnya hehe.
emang bagus sih...dulu banget pas msh bocah sempet nonton tpi gk ngerti ceritanya karena msh bocah..haha...tapi skrg baru nonton beberapa eps di rtv malah jadi suka bgt....sayang udh tamat..awalnya gw asing bgt sama mei shin karena perasaan gk pnh liat ni artis di tv..kiraen aktor asli indo eh ternyata org asli dari china...gila bner totalitasnya sampe suting di china
Dia idoLa qu...
Ngefans bgt dr dLu
Mei xin cantik banget paras wajahnya sampai ga bisa ngelupain sampai sekarang
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar
sampaikan unek-unekmu....!!!