Photobucket

Selasa

Dunia Pencitraan

Nama baik adalah satu keniscayaan yang didambakan semua orang, dengan status quo ini, manusia ibarat mempunyai seribu wajah malaikat yang siap dipakai dilainan tempat yang berbeda.
Masih ingat dengan lagu lady rocker Indonesia era 80an, Nicky Astria

Dunia ini, panggung sandiwara
Semua mudah berubah
Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar ada peran berpura pura

Mengapa kita bersandiwara
Mengapa kita bersandiwara
(Pangung Sandiwara_Nicky Astria)

Ya begitulah yang terjadi hampir disetiap jengkal tanah dunia ini, kita bisa melihat hal itu mulai dari jaman feodalistik, jaman kolonial sampai jaman reformasi ini, semua orang tidak bisa terlepas dari pencitraan, yang sebetulnya bisa dibilang hal itu adalah dekadensi jati diri. Reformasi yang sekarang didengung-dengungkan sebagai pencapaian maksimal perjuangan  bangsa Indonesia hanyalah topeng dengan segala lakonnya.

Dengan muara menjadi priyagung (kelas atas) yang dihormati, kalau saya disuruh memilih, saya lebih suka menjadi priyayi (kelas bawah) karena disana terdapat legitimasi jati diri dari seorang manusia, itulah mengapa setiap masa revolusi, terjadi ketika para priyayi sudah muak dengan keadaan yang dilakukan para Priyagung, sebagian besar yang memulai revolusi adalah kaum buruh, sepertihalnya yang terjadi di Moscow, Rusia pada tahun 1917, saat itu pemikir Rusia (lenin) mulai merasakan bahwa ada kesenjangan yang terjadi didalam masyrakat, hukum Marxis berlaku saat itu, menimbulkan ketidakpuasan kaum buruh untuk segera melakukan  rekonstruksi tatanan baru. Upah rendah dengan perkerjaan yang begitu sangat berat hanyalah dinikmati para priyagung saat itu, timbullah gejolak sosial yang mengharuskan perubahan, ingat. Revolusi hanya akan terjadi jika banyak orang tidak kuat terhadap keadaan, namun hal ini tidak bisa digeneralisir bahwa semua priyagung adalah panggal dari masalah, tidak. justru motor penggerak bagi kaum priyayi untuk bergerak adalah priyagung yang sadar akan kesetaraan hak dalam satu bangsa. namun tidak memungkiri, dunia pencitraan banyak terdapat dialam priyagung itu sendiri. 


Saya teringat dengan sosok priyagung Minangkabau yang dijuluki "pahlawan siluman" bangsa Indonesia dalam memotori revolusi, Tan Malaka. Bisa dibilang dia bergerak dari bawah ke atas dengan begitu semangat patriotik yang luar biasa, hampir setiap era dia mengalami masa sukar yang luar biasa, saat jaman koloniar Belanda dia dibuang kesana-kemari, dalam pembuangannya itu dia sering berinteraksi dengan kaum buruh, termasuk di Moskow dia menjadi salah satu anggota Komintern (suatu perkumpulan komunis sedunia yang hanya memiliki beberapa anggota), kemudian di Tiongkok dia kembali dengan pimpinan kaum buruh yang luar biasa hebatnya dalam pemikiran, Dr Sun Yat Sen. seorang revolusioner yang tertembak mati dalam rencana picik bangsa kolonial saat itu, sampai kembali di Indonesia dia masih bergerak dengan kaum buruh, dengan menggunakan nama samaran, tanpa harus merasa menumbuhkan nama baiknya sebagai pahlawan nasional nantinya. Dia seorang priyagung yang mau turun kebawah tanpa memedulikan strata sosial yang terjadi saat itu.

Seharusnya, baik saya sendiri maupun orang lain yang melihat tulisan ini. Sepakat dalam satu hal. yaitu nama baik bukan didapat dari pencitaan yang pragmatis tapi lebih kepada proses perjalan dengan baik dan sesuai dengan norma yang ada. bahkan seorang manuisa agung yang kita kenal, Rosulullah sendiri mengajari kita hal  itu, "Innallaha la yanzhuru ila shuwarikum walakinnallaha yanzhuru ila qulubikum" (Sesungguhnya Allah tidak memperhatikan bentuk-bentuk luar kamu, yang Allah perhatikan adalah hati kamu).


Baik, aku kira tulisan ini cukup serius, bukan gayaku sebetulnya menulis dengan gaya serius seperti ini, tapi terkadang harus ada penekanan dalam sebuah tulisan yang kita harus buat. dan kembali lagi kita bisa mulai aktifitas kita tanpa pencitraan yang dibuat-buat, bukan manusia yang membuat kita bisa memperolah sederetan nama baik, tapi Tuhanlah Ya Muqolibal qulub, yang sanggung menggerakkan hati manuisa untuk menghaormati bahkan menghinakan kita. Dunia tanpa kepura-puraan akan begitu menyenangkan


0 comments:

Posting Komentar

sampaikan unek-unekmu....!!!