Photobucket

Minggu

Lailaku Itu Kamu...



Pagi kawan..
Bagi yang mau sarapan tapi tidak punya uang dan jauh dari rumah, aku berikan solusi terbaik biar kenyang, silahkan bicara cinta maka saya jamin hatimu akan berbunga-bunga, dan saat hati berbunga hilanglah rasa lapar, teroema Buluisme.

Aku tidak meminta yang lebih cantik dari dia ya Allah
Aku tidak meminta yang lebih baik dari dia ya Allah
Aku hanya ingin meminta dia
Pertemukanlah kita ya Allah

Bagi pecinta, saat-saat paling suci adalah ketika berada pada situasi yang jauh dari orang yang dicinta, walaupun jarak tidak akan pernah melemahkan rasa cinta. Dan justru itulah situasi terbaik bagi pecinta. Inilah hal terbaik dari Tuhan yang meniupkan rasa cinta ke dada kita, cinta memang tidak datang tiba-tiba, juga tidak dapat padam seketika. Tak seorangpun dapat mengelak jika gelora asmara tiba-tiba menggelegak bahkan tak ada jiwa yang dapat menyangka, jika badai cinta menggelora di dada. Cerita roman yang penuh puisi cinta dan pengorbanan, menjadi inspirasi para pemuja cinta, yang rela mengabdikan -- jika tidak ingin disebut mengorbankan, karena cinta tidak ada pengorbanan, pengorbanan hanya untuk sesuatu yang terpaksa dilakukan, dan sayangnya cintaku bukanlah sebuah keterpaksaan -- hidupnya demi cita-cita absurd yang bertema cinta. Persis cerita shakespeare tentang Romeo dan Juliet yang berujung bunuh diri karena tak sudi menyerah atas perjuangan cintanya, cerita film Titanic tentang Rose De Witt dan Jack Dawson, yang “gagal” mewujudkan cinta mereka dan tenggelam bersama Titanic yang perkasa, cerita epik – romantik ini selalu menjadi “contoh khayal” para pemujanya, yang selalu mengagungkan cita-cita cinta mereka. Tapi bukan untukku, cintaku adalah sesuatu yang nyata untukmu laila.

Dan puncak bagi pecinta adalah saat dirinya menjadi gila, situasi itu membuat pecinta menjadi puitis, bahkan mulai miring-miring.

Oh lilin jiwaku, jangan kau siksa diriku ketika mengelilingimu. Kau telah memikatku, merampas tidurku, akal dan pikiranku

Mencintai bukanlah kisah cinta biasa, cinta antara jantan dan betina, antara dua jiwa yang sekadar ingin bersama. Dan mudah-mudahan, bukan cinta yang sering kali berselubung nafsu dan berahi. Jika saja kau benar-benar merasakannya, mencecapnya hingga kata-kata terakhir di dalam cinta, kau akan tahu betapa cinta ini sebenarnya berbicara tentang cinta yang lebih hakiki, cinta seorang hamba pada Tuhannya. Saya  adalah tipikal seorang hamba yang diperbudak oleh cintanya. Sedangkan kamu, Layla, adalah tipikal seorang kekasih yang mendamba untuk dicintai. Saya adalah seorang pencari cinta, sedangkan kamu adalah penunggu cinta. Saya adalah budak cinta yang menghamba untuk diizinkan mencintai, sedangkan kamu adalah majikan yang tak sabar untuk segera dicintai. Bukankah semua ini cukup menggambarkan hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya?

Tuhan, seperti pernah dikatakannya dalam sebuah hadis Qudsi, adalah khazanah tersembunyi. Ia ingin dikenal, maka ia ciptakan semesta dan seisinya. Ia mencipta bukan karena Ia butuh kepada ciptaannya, tapi agar Ia kelak dikenal dan dirindu—serta dicumbu—oleh ciptaannya. Dan semua itu terproyeksikan kedalam sebuah perasaaan pecinta, terserah apa yang kalian katakan tentang diriku, yang jelas saat ini, entah sampai kapan, diriku telah diperbudak oleh cinta.

Baiklah, sudah kenyang?
Kalau belum rupa-rupanya kalian belum meresapinya, anggap ini kalian sedang di padang pasir yang tandus dan kering, dan cinta didalam dada kalian menjelma menjadi oase yang menumbuhkan pepohonan dan buah-buahn untuk kau petik dan nikmati.

Telah banyak dunia ini diisi dengan segala kebesaran-kebasaran hati, bukan kerendahan-kerendahan hati, dan tahukah kau, bahwa cinta mengajarkan kita melakukan kerendahan-kerndahan hati. Dan betapa indah dunia jika manusia mengisi dirinya dengan kerendahan-kerendahan hati, semua kesombongan, kecongkakan, akan sirna tertelan cinta.

Saya akan coba ceritakan sebuah kisah pengembala yang begitu mencintai Tuhannya, sekali lagi, jika kita mencintai seseorang, sejatinya cinta itu akan terproyeksikan kepada Tuhan.

Pada suatu zaman, hiduplah seorang pengembala yang tidak mempunyai apa-apa, dia hanya mempunyai kambing milik tetangga yang digembalakannya, suatu saaat dia melagukan hatinya ditengah ladang."Duhai pangeran tercinta, dimanakah Engkau? Supaya aku bisa persembahkan hidupku untuk-Mu? Dimanakah Engkau, supaya aku dapat menghambahkan dririku kepada-Mu? Wahai Tuhan, untuk-Mu aku aku hdiup dan bernafas. Karena berkatmu aku bernafas, aku ingin mengorbankan dombaku kepada-Mu ".

Dan saat itu, Nabi Musa AS melihat si pengembala dengan lantunan syairnya. dengan kepalanya mendongak ke atas, pengembala kembali melantunkan "Ah, dimanakah Engkau supaya aku bisa menjahit baju-Mu, memperbaiki kasut-Mu, dan mempersiapkan ranjang-Mu? Dimanakah Engkau, supaya aku bisa mengilapkan sepatu-Mu dan membawakan air susu untuk minum-Mu?.

Musa mendekatinya, dan berkata "Dengan siapa kau berbicara?" Gembala menjawab" dengan Dia yang menciptkan kita. Dengan Dia yang menguasai siang malam, langit dan bumi". Musa murka mendengar jawaban pengembala itu, "Betapa beraninya kamu berbicara seperti itu kepada Tuhan, apa yang kamu ucapkan adalah kekafiran. Kamu harus menyumpal mulutmu dengan kapas supaya kamu bisa mengendalikan lidahmu.Atau paling tidak orang yang mendengarmu tidak tersinggung dan marah dengan kata-katamu yang meracuni seluruh angkasa ini. Kau harus berhenti bicara seperti itu sekarang juga karena nanti Tuhan akan menghukum semua penduduk bumi akibat dosa-dosamu".

Sang pengembala segara bangkit setalah mengetahui yang mengajaknya bicara adalah nabi, dia bergetar ketakutan. Dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya, dia mendengar Musa yang terus berkata, "Apakah Tuhan adalah manusia biasa, yang memakai sepatu dan kaus kaki? Apakah Tuhan anak kecil sehingga dia perluh susu untuk tumbuh besar? Tentu saja tidak, Tuhan Maha Sempurna didalam diri-Nya, Tuhan tidak memerlukan siapapun. Dengan bicara seperti itu kamu tidak hanya merendahkan dirimu tapi juga merendahkan Tuhammu, kau tidak lain adalah seorang penghujat agama. Ayo, pergi dan minta maaf kalau masih mempunyai otak yang sehat!".

Gembala sederhana itu menyadari bahwa kata-kata yang diucapkannya adalah kata-kata kasar, dia juga tak mnegerti mengapa nabi yang muliah menganggapnya sebagai musuh, tapi dia tahu betul bahwa seorang nabi pastilah lebih mengetahui dari siapapun juga. Gembala itu hampir tidak bisa menahan tangisnya, dia berkata kepada nabi Musa "Kau telah menyalahkan api didalam jiwaku. Sejak ini aku berjanji akan mengatupkan mulutku untuk selamanya". Dengan keluhan yang panjang dia meningalkan padang gembalannya.

Dengan perasaan yang bahagia karena telah meluruskan orang yang tersesat, nabi Musa AS kembali melanjutkan perjalannya. Tiba-tiba Allah Yang Maha Kuasa menegurnya, " Mengapa engkau berdiri diantara kami dengan kekasih kami yang setia? mengapa engkau pisahkan pecinta dari yang dicintainya?  Kami telah menutus engkau supaya menggabungkan kekasih dengan kekasihnya, bukan memisahkan ikatan diantaranya". Musa mendengar kata-kata langit dengan penuh kerendahan dan rasa takut, Tuhanpun berfirman " Kami tidak mencintai dunia supaya kami pemperoleh keuntungan darinya. Seluruh makluk diciptakan untuk kepentingan makluk itu sendiri. Kami tidak membutuhkan pujian ataupun sanjungan. Kami tidak memerlukan ibadah atau pengabdian. Orang-orang yang beribdah itulah yang mengambil keuntungan dari ibadah yang mereka lakukan. Ingatlah, bahwa didalam cinta, kata-kata hanyalah bungkus luar yang tidak memilik apa-apa. Kami tidak memperhatikan keindahan kata-kata ataupun komposisi kalimat. Yang kami perhatikan adalah lubuk paling dalam dari orang itu. Dengan cara itulah kami mengetahui ketulusan dari makluk kami, walaupun kata-kata mereka bukan kata-kata yang indah. Buat mereka yang dibakar cinta, kata-kata tidak memiliki makna.

Suara dari langit kemudia berkata, " Mereka yang terikat dengan basa-basi bukanlah mereka yang terikat dengan cinta. Dan umat yang bergama bukanlah umat yang megikuti cinta. Karena cinta tidak mempunyai agama selain kekasihnya sendiri." Tuhan kemudian mengajarkan rahasia cinta kepada Musa.

Setelah Musa memperoleh pelajaran itu, dia mengerti kesalahannya. Sang nabipun menderita penyesalan yang luar biasa, dengan segara dia mencarai pengembala itu untuk meminta maaf dan mengabaran rahasia cinta. Akhirnya sang gembala mengangkat kepalanya dan melihat kepada nabi Musa, dan Musa berkata " Aku punya pesan penting untukmu, Tuhan telah berfirman kepadaku bahwa tidak diperrlukan kata-kata yang indah untuk berbicara dengan-Nya, kamu bebas berbicara kepadanya dengan cara yang kamu sukai, dengan kata-kata apapun yang kamu pilih, karena apa yang aku duga sebgai kekafiranmu ternyata ungkapan dari keimanan dan kecintaan yang menyelamatkan dunia". Sang pengembala hanya menjawab sederhana "Aku sudah melewati tahap kata-kata dan kalimat. Hatiku sekarang dipenuhi kehadirn-Nya. Aku tidak dapat menjelaskan keadaanku padamu dan kata-katapun tidak bisa melukiskan pengalaman ruhani yanga da dalam hatiku", kemudian ia bangkit dan meninggalkan Musa.

Huff, Kekeyangan kan, aku juga. baiklah, silahkan kawan renungkan sendiri. berfikirlah karena itu adalah jalan terbaik menuju pencarianmu. dan aku disini tetap memikirkan Lailaku. 



0 comments:

Posting Komentar

sampaikan unek-unekmu....!!!