Photobucket

Jumat

Titi Kolo Mongso ...

Oh Nusantaraku .
Dulu waktu Nusantara masih muda, dia adalah surga dunia, ibarat masakan Nusantara ini  capcai semua ada, mulai dari sayur mayur, lauk pauk, bumbu semua komplet, lebih enak daripada tahu tek-tek. Seharusnya Indonesia ini memang jadi Tim Kesebelasan Dunia cuma sekarang ini kan lagi bodoh-bodohnya lagi pekok-pekoknya butuh dupa dan kemeyan memang untuk memanggil arwah Nusantara yang berjaya,  dan aku sangat percaya arwah itu akan kembali suatu saat nanti, Titi Kolo Mongso ( baca,Pada suatu saat nanti)

Aku teringat dengan perkataan bapakku saat memberi wejangan dirumah, "Orang itu pasti dan pasti akan sukses kalau mau tirakat(hidup prihatin) ". Dan memang benar kata bapakku itu, kalau dalam pewayangan untuk menjadi sakti itu cara-cara satu-satunya hanya bertapa (tirakat), bermacam cara memang yang bisa ditempuh delam bertapa itu sendiri. Dewi anjani, Sugriwa dan Subali bertapah dengan cara masing-masing, mereka bertiga di dadar oleh ayahandanya dengan cara bertapa, Dewi Anjani yang disuruh bertapa nyantika (seperti katak) di Telaga dan hasil dari pertapaannya Dewi Anjani mempunyai anak yang sakti mandaraguna, anak yang biasanya dipanggil Anoman, Subali beda lagi disuruh bertapa ngalong (kelelawar) di Hutan dan hasil pertapaannya dia mendapat Ajian Pancasona, ajian yang tidak bisa membuat pemiliknya mati selama masih menyentuh tanah, sedangkan Sugriwa bertapa ngidang ( Kijang). Semua memang butuh ketirakatan kan, Arjuna yang dipermalukan oleh Kurawa sehingga dia lari dan bertapa di gunung Himalaya dan mendapat senjata ampuh dari Dewa yang bernama Panah Pasopati. yang dengan senjatanya Arjuna dapat membunuh Adipati Karna yang terkenal sakti .

Begitupula seperti halnya Indonesia ini, dari dulu sampai sekarang Indonesia ini sudah mengalami masa-masa tirakatnya, kita tentu ingat track record Belanda yang menjajah Indonesia hampir 350 tahun lamanya.
Kita ingat bagaimana Belanda sering melakukan politik adu domba kepada lawan-lawannya, hal ini masih sangat membekas sampai sekarang dimana kita lebih disibukkan dengan perang sesama kita sendiri, bagaimana cepatnya konflik menjalar hanya dengan sedikit disulut provokasi.

Pendidikan yang selama 350 tahun menjajah orang Indonesia hampir tidak pernah diberikan kesempatan untuk sekolah atau menempuh pendidikan lebih tinggi, partai-partai dan organisasi pemuda dikontrol ketat oleh pemerintah kolonial yang ingin agar wilayah jajahannya tidak terdidik agar mudah dikuasai, ya ilmu adalah salah satu senjata yang sangat berbahaya. Setelah asyik bercumbuh dengan bule,Indonesia asyik sekali lagi berjumbu dengan si Mata Sipit namun kontras dengan pendudukan Jepang yang lebih pragmatis hanya sekitar 3 tahun tapi lebih dahsyat dari pada si Bule,memang Jepang ini sangat terkenal dengan tindakan kekerasaannya saat sedang berjumbu mesra. Indonesia yang kaya raya harus bertirakat dalam kekayaannya sendiri, dan yang paling dahsyat tirakatnya adalah saat ini, padahal sudah di depan mata sendiri kekayaan itu tapi kekayaan itu ibarat sebuah ilusi yang hanya bisa dilihat tapi tidak bisa dinikmati, Indonesia yang sekarang sudah dinyatakan merdeka kini harus memulai tirakatnya kembali untuk mengakiri riwayatnya dengan cara MOKSA (kematian yang agung ), kematian yang hanya bisa didapat oleh orang-orang berjiwa satria dan berhati bersih .

Dan dalam tirakatnya ini, sepertinya arwah Nusantara yang Agung akan segera bangun dan bangkit lagi,  setelah masa tirakatnya habis sudah saatnya nanti akan tiba masanya atau biasa disebut orang jawa dengan "Titi kolo mongso,becik ketitik olo ketoro". Semua akan tersingkap dengan jelas mana yang baik dan mana yang buruk, setelah masa bumi gonjang - ganjing ini semua akan terlihat jelas, selama bumi masih gonjang-ganjing semua akan terlihat samar dan salah, niat yang mau ber salaman akan berubah menjadi berciuman karena bumi sudah ganjang- gonjing,niat yang mau menjadi haji yang mabrur malah berbuah menjadi haji yang mabuuur, memang semua terlihat samar -samar sekarang, inilah salah kita semua, seharusnya dalam memilih pemimpin bukan semata karena faktor ibadahnya yang nggetuh tapi karena memang aspek moralitasnya yang bagus, parameter yang salah jika kita memilih pemimpin dengan sholatnya rajin atau tidak?? haji apau belum haji??.


Ibadah/syari'at itu bukan output tapi input kan, syari'at islam itu kan inputnya sedangkan outputnya itu ya moralitas (akhlak) kita tidak bisa melihat orang dari inputnya tapi kita bisa menilai dari outputnya karena input hanya soal kita sama Tuhan, bukankah Kanjeng Rosul itu di suruh memperbaiki akhlak didunia ini "Innama Bu'ishtu Liutamimma Makarimal Akhlak" (Sesungguhnya Muhammad di utus untuk menyempurnakan akhlak) bukan liutamimmah syariat, ehehe. 

Apalagi Indonesia ini basis terkuat atau terbesar dari umat islam, seharusnya memang suatu saat nanti (titi kolo momgso ) akan menjadi syurga kecil dunia, dan aku sebagai orang islam sangat yakin jika orang islam mengekspriskan Islamnya, itu adalah jaminan atas keamanan umat manusia di dunia ini, orang islam kan tidak boleh dan bisa batal islamnya jika mencadi ancaman orang lain karena janji islam dan keimanan adalah mengamankan harta orang lain, mengamankan martabat orang lain,dan mengamankan nyawa semua orang,itulah janji Islam yang dibawah utusan Allah yang bernama Muhammad.

Tapa brata Nusantara sudah terlalu lama dan bisa menggetarkan dunia kayangan kalau tidak segera bangun,dan kayangan tidak akan pernah mau daerahnya bergoncang karena manusia, sudah menjadi babakan darma, manungso ingkang ngadekaken tirakat bakal nemu kebecikan
dan Titi kolo mongso..
Nusantara sejahtea akan kembali lagi kesejahteraannya .dan sambil menyaksikan kembalinya arwah nusantara yang Agung, aku menunggu sambil ngopi dulu.



0 comments:

Posting Komentar

sampaikan unek-unekmu....!!!