Photobucket
Tampilkan postingan dengan label Kuliah Cumload. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kuliah Cumload. Tampilkan semua postingan

Jumat

Lagu Itu







Malam itu terlarut dengan sempurna, seraya malam itu lebih indah dari biasanya, malam itu laksana milikku dengan segala isinya memanjakan batinku yang sengsara lebih sengsara dari apa yang dirasa Sidharta Gautama sebelum menemukan aufklarungnya. Batinku rasanya tercabik-cabik saat semua mengatakan itu, saat orang paling aku taksirpun mengataiku, ya mereka dengan gembiranya mengataiku, menjulukiku sebagai Ucok, tak ada yang aneh sekilas dengan nama itu, tapi saat nama itu ditelanjangi kedalam bentuk keterangan yang lebih panjang, ia bernama Umar Jancok, coba, jiwa mana yang tak sengsara melihat dirinya selalu dipisuhi dengan Jancok, enyalah Sujiwo Tejo yang menganggap kata-kata jancok sebagai kata-kata mulia, Ia tak pernah merasakan betapa kata itu sering dipakai untuk mengumpat kekesalan terhadap orang, orang mana yang tak tersiksa namanya selalu diembel-embeli kata jancok, apa mereka tak mengerti arti kata Umar itu, betapa banyak orang hebat di dunia ini yang menyandang kata Umar itu sendiri kecuali nama Umar di desaku yang terkenal sebagai lelaki pelo (pengucapan sesuai kata pensil) yang artinya lelaki yang burungnya tak bisa berdiri, itupun tak bisa dilegitimasi kalo orang yang pelo itu buruk, apa hakmu memisuhi orang? hanya Tuhan yang berhak memisuhi orang, terkutuklah orang-orang Surabaya yang melestarikannya. Ingat ! kutukanku sesuai dengan Empu Gandring pada anak asuhan Bango Samparan. 

Baiklah sudah, untnglah malam itu datang, kekesalanku akan nama Ucok mereda, tapi biar bagaimanapun aku juga kesal cok.

Orang bilang do'a yang teraniana adalah mustajab, aku berdo'a malam itu,"Ya Tuhanku, engkau tau aku dalam keadaan teraniaya, jangan biarkan aku menganiaya diriku sendiri dalam menghianati kuasaMU  dengan aku mencuri. aku tahu Engkau berkuasa memberi makan maklukMu maka berilah aku makan, Tuhan".

Lama pula rupanya malam itu aku berdo'a, tak kunjung datang makanan. Harap ini semakin lama semakin mencemaskan, sudah aku putuskan berjalan keluar rumah, menikmati udara malam sambil menanti datangnya makanan. 

Saat melintas di depan saung ronda, melihat pak Hansip membawa rokok merek Jawa Tengah tak kuasa juga langkah ini ikut nimbrong di saung ronda, sayup-sayup rasanya heran, kenapa orang kecil selalu murah hati dalam memberi dibanding orang kaya, singkat kata rokok gratis dari pak Hansip. Tapi bentar bentar...! lagunya  yang diputar di saung kok Letto _Sebelum Cahaya. wah.

"Dek, tau gak Al-Qur'an dalam lagu ini"  celetuk pak Hansip.

Lhoo ini kan lagu pak, bagaimana ceritanya bisa jadi Al-Qur'an, kalaupun ada ayat-ayat mutasyabihat tapi yang mana, ini lagu kan tentang cinta saja pak, wah. lagian juga kalo mau sok-sok interpretasi juga larinya ke cinta dua sepasang kekasih, mana ayat Al-Qur'annya. 

"Wah dek, rupa-rupanya adek sebagai mahasiswa ini kurang jeli, kamu hanya gunakan otakmu untuk mengerjakan soal-soal kuliah, harusnya lebih dek. Aku ini termasuk pecinta lagu-lagunya Letto dek, lagu ini Sebelum Cahaya, liriknya sangat lembut, kabarnya menurut pencipta lirik lagunya, lagu ini adalah  Alegori dari Firman Tuhan pada kanjeng nabi Muhammad dek. Disini Tuhan menyebut kanjeng nabi sebagai Cinta, karena memang Tuhan sangat mencinta Kanjeng nabi Muhammad melebihi siapapun cintanya pada Makluk di alam semesta ini.  Coba renungkan liriknya.

Ku teringat hati
Yang bertabur mimpi
Kemana kau pergi cinta
Perjalanan sunyi
Engkau tempuh sendiri
Kuatkanlah hati cinta

Ini maksudnya Tuhan melihat perjalanan kangjeng nabi dalam menyebarkan agama Islam, perjalanan kangjeng nabi untuk selalu mengajarkan manusia cara menemukan Tuhan. Kanjeng nabi dalam lirik ini digambarkan dalam usahanya ini selalu berjalan dalam kesunyian karena memang manusia tidak mengenal Tuhannya, manusia lupa akan tujuan hidupnya, dan saat itu pula kanjeng nabi sendirian untuk menyadarkan manusia menemukan Tuhannya, tapi lihatlah dalam lirik lagu ini dek, Tuhan memberi motivasi pada kanjeng nabi dengan kata-kata kuatkanlah hati cinta, dengan mesra Tuhan memanggil kanjeng nabi dengan sebutan cinta dek. terus lirik satunya,

Ingatkan engkau kepada
Embun pagi bersahaja
Yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkan engkau kepada
Angin yang berhembus mesra
Yang kan membelaimu cinta

Itu adalah bentuk kasih sayang Tuhan pada kanjeng nabi untuk selalu ingat pada kuasa-kuasa Tuhan, kanjeng nabi di ingatkan untuk selalu merenungi Tuhan lewat kuasa-kuasanya pada alam.

Kekuatan hati yang berpegang janji
Genggamlah tanganku cinta
Ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri
Temani hatimu cinta

Dan lirik ini yang paling menyejukkan dek, Tuhan mengabarkan agar usaha dakwanya kanjeng nabi berhasil, harus menguatkan hati untuk tetap istiqomah serta selalu ingat akan janji-janji Tuhan kepada orang-orang yang beriman, dan selalu megang teguh apa yang diberikan Tuhan, setelah semuanya Tuhan menutup firmannya dengan kabar gembira bahwa Tuhan tak kan pernah meninggalkan kanjeng nabi sendirian, Tuhan bersamanya selalu dek, Tuhan selalu menemani para pecintaNya, menemani hatinya agar selelau tenang dan nyaman. Begitulah dek kira-kira, Al-Qur'an ada dalam lagu ini dek, penciptanya telah menemukan kemesraan dengan Tuhannya, lewat apapun saja yang ada hanya Tuhan dek."

Serasa tersambar petir, melihat penuturan hansip ini, tak kuasa menahan tangis, meledak rasanya dada. hanya sanggup berucap "Tuhan, cintaMu begitu besar paa orang yang mencintaiMu".

Rasa-rasanya lapar seakan hilang dalam perut, yang ada hanya kepuasan, kenyang dalam kesejatian. Kakipun melangkah ke arah kostan dengan sangat ringan, saat akan memasuki kamar terlihat Ibu kost tergopoh-gopoh membawa sebakul besar makanan.

"Nak, ini nak ada makanan, rejeki dari tetangga habis syukuran" ujar Ibu Kost.



BACA SELENGKAPNYA - Lagu Itu

Rabu

Penantian si Ucok





Kata siapa menanti itu melelahkan, penantian adalah masa saat merasakan bayangan keindahan, keindahan menyayangi serta berduaan. Manusia super penanti ini sangat mistirius, tindak tanduknya tak ingin setanpun tau, Tapi hidup adalah kejutan, maka marilah kita kenali sedikit sosoknya. Konon katanya, seperti yang tertulis di kartu tanda penduduk Republik Indonesia. Nama pejantan ini adalah Umar janCok. Nama yang aneh mengapa namanya bukan Umar Faruq atau Umar al-khotob ? Entahlah hal itu masih menjadi rahasia sampai sekarang. Ucok, panggilan akrab dari seorang Umar janCok. Tak perlu menunggu dicintai untuk mencintai, sekedar beri senyumpun jadi. 

Secara fisik ia seperti manusia kebanyakan, masih dalam spesies Homo Sapiens generasi pertama dan nampak seringkali berjalan bungkuk. Hal ini masih dikonfirmasi adakah hubungan antara kebungkukannya dengan rantai evolusi manusia darwin yang hilang. Pejantan ini sebenarnya cukup manis jika anda memaksakan diri menatapnya tanpa henti selama dua hari. Sungguh, ia punya pesona tersendiri yang hanya bisa dilihat dengan mata batin. Tetapi ingat, jangan melakukan kontak fisik secara langsung bisa-bisa anda di gampar!

Penampilanya modis khas gaya anak muda gaul masa kini. Tentu saja didikan majalah-majalah post- teenage yang high end. Celana pensil, kaos distro dan sekali-kali jaket butut yang saya yakin dulunya berwarna hitam. Yah seperti yang banyak kita ketahui, pejantan sangat cuek terhadap penampilannya. Namun mahluk yang seperti ini tidak seperti itu. Gaya harus modis dan acapkali menolak memakai celana kain membuatnya tampak “tua” dimata orang.

"Sungguh aku yang rapuh dan lugu tidak tahu bahaya apa yang aku hadapi saat mengenal gadis ini. Pesonanya membius dan menaklukan otak pendekku" gumam Ucok saat berpapasan dek Cang Ehnya.

Sahabatnya yang sedari tadi hanya memikirkan kerja, kerja dan kerja tak menghiraukannya, Michael ataupun Toni adalah jenis hibrida baru yang terlahir kembali akibat gejala keimanan, kontra saat dihadapkan Ucok, dia adalah hibrida lama yang menderita karena cinta.
"Ton, lihatlah, disana aku lihat rembulan di siang hari. Bibirya mereka tanpa gincu, parasnya mulus laksana gurun sahari, mahkota kewanitaannya tertutup kerudung sutra halus, beruntung aku menyayanginya" Ujarnya sambil meneteskan liur mulutnya.
"Apa toh Cok, Rembulan itu jelek, kejauhan saja nampak indah, dari dekat permukaannya berlubang-lubang, tak bercahaya" kesal Michael.
"Lagi pula, kau tak dianggapnya, dia tak cinta kamu, lupakan sajalah" nasehat Michael.

"Ah kau ton, isi pikiranmu hanya uang saja, aku tidak percaya cinta, tapi aku percaya rasa sayang yang tulus" hujah seorang ucok dihadapan sahabatnya yang tak tau arti dari sayang. Aku selalu ingat. Tapi entah kau.

Tanpa diminta Ucok menceritakan pandangan pertamanya. Aku ingat sedikit jalan-jalan di kota ini, yang basah setelah hujan. Tentang awal tinggal dirimu di sebuah Perumdos ITS.  Bukankah kawanku yang menghantarkanmu? Tentu kau masih ingat padanya. Tapi kau bilang kau bosan, kau tak suka, kau tak suka dilarang bermain di loteng. Tentu aku ingat kau suka bermain di Loteng. (Ah aku tak pernah tahu sedalam apa hubunganmu dengan gravitasi). Kau selalu suka tempat tinggi. Aku membutuhkanmu. Aku butuh perempuan tangkas yang tak bisa diam, yang tak peduli kulit hitam karena berjalan panas. Perempuan yang memaksaku mengantri nonton laskar pelangi dan menangis menghukat nasib Lintang yang suram, perempuan yang teguh bilang Kerispatih itu keren meski kau tau aku jelas-jelas memandang mereka najis haram, Perempuan yang menolak patriarki tetapi begitu senewen minta di manjakan.
Itu kamu, yang membuat saya luluh. Kemudian kita saling menyapa, meski mungkin hanya lewat teks. Karena kamu tahu? Aku tak punya nyali, hanya omong besar, namun tak pernah ada keberanian bertegur kata. 

Tetapi aku tak pernah lupa detik, gestur, ekpresi, suara, lekuk, gerak dan moment saat kau menyapa dengan khas. Kau sebut namaku dengan imbuhan “Mas”, maka terkutuklah Nietsche yang membunuh tuhan. Karena ia tak pernah melihat momen ini sebagai hal paling kudus dalam hidup. Ia dengan kata sederhana meruntuhkan menara Babilon dalam diriku, memporak-porandakan peradaban patriarki ala Sparta. Hingga aku lengser di ujung rupa penjelmaan si pendobrak Artemis yang menitis dalam dirimu. Aku mabuk, orgasmus dan menggelepar dalam trance tak berucap. Lalu jatuh sayang kepadamu adalah tindakan wajib dan tak membutuhkan sikap aposteriori. Tidak perlu Kant untuk membuktikannya. Karena itu wajib dan semua yang wajib hukumnya Fardhu! Itu bukan monopoli titah wahabi tapi semua umat yang pake embel-embel agama di KTP nya. Dan di ujung hari aku bertakbir Amor Platonicus!

Aku rindu kau dalam banyak bahasa. Ya aku kemudian berani untuk mengambil resiko jatuh sayang padamu. Ya serupa nyali Perseus yang memusnahkan Kraken, aku putuskan untuk mengenalmu, mengejarmu, dan berusaha memilikimu. Aih? Tidak, kau bukan untuk dimiliki, kau bukan benda, kau lebih luhur dari padan kata surga dan suci sekaligus. Meraih ya meraih, sehingga keberadaanku kau akui, aku akan meraih predikat itu. Aku mulai berani bertukar sapa dalam jejaring provider seluler. Karena menatapmu langsung akan membuatku ringkih, lemah dan tak berdaya. Sedikit demi sedikit aku membangun sedimen keberanian untuk bertemu denganmu, mengajakmu makan di kaki lima tanpa takut diare atau hepatitis,(ini pun dalam tahap angan). Aku selalu kagum atas sikapmu yang tak ambil pusing. Itulah kamu, tidak perlu rapal mantra aji jaran goyang atau puji laku pengasihan. Hatiku ini rontok untukmu! Sedikit demi sedikit dalam diri ini terpatri sebuah sarkofagus, dengan ikrar. Hingga pada batas masa penciptaan yang diakhiri 4 penunggang kuda, aku tak akan menyesali keputusan ini. Keputusan untuk jatuh sayang, meski akhirnya sangat perih.

Selesai bertutur, Ucok melengos, mengharap tanggapan Michael. Naas.

"Jancoook kamu Ton, aku cerita kamu tinggal tidur, Asuuu" maki khas anak surabaya.
 
Lirikan maut Ucok


To be continue...




BACA SELENGKAPNYA - Penantian si Ucok

Selasa

Panggil Aku Michael






 
Nafasnya bau anyir seperti nafas para raksasa dalam cerita wayang, tubuhnya kusam seiring dia bersepeda berteman sang surya, jangan bertanya mengenai keringatnya. analogikan saja dia dengan para pelari maraton jarak Sby-Madura melewati daerah Tenggumung yang penuh sesak dikerumunan debu-debu jalanan. Si Toni sudah lelah bekerja. Tenaganya habis diperas, kepalanya pusing memikirkan SPP. Uang kost belum juga dibayar. Uang pinjaman dari bandar togel gang senggol sudah habis. Sawahnya sudah digadaikan buat uang gedung saat kuliah. Matanya nanar, menahan perut lapar yang sudah setengah hari ditahannya. Ibu si Toni sudah lama bersibaku dengan jualan mie goreng kelilingnya. Si Toni kini hidup di kota para pejuang, menampakkan wajah desanya pada ribuan jama'ah mahasiswa/i kota, sampai dengan tekatnya melapas status desanya, diapun sering mengenalkan nama menjadi Michael.


Toni sendiri sudah sejak akil balig jadi pekerja serabutan. Cuma tenaga yang bisa ia jual, lain tidak. Hari ini ia resah sekali, jika sampai nanti bedug Ashar belum punya uang. Dia akan ditendang dari rumah kost, yang serupa kandang kerbau itu. Rumah itu tak seberapa luasnya, hanya 6x6 meter saja. Itu pun harus berdesakan dengan setumpuk pakaian yang terpaksa cuti cuci karena kesibukan kerja si empunya. Toni sudah lelah berdoa. Sarung dan sajadahnya sudah lama rusak dimakan tikus. Namun ia percaya seorang manusia tidak akan selamanya sengsara. Nampaknya ia dikhianati kepercayaannya. Sejak tadi ia melirik-lirik obat nyamuk cair cap asoi yang ada dibawah meja. Berulang kali terlintas untuk menegak dan menyerah pada keadaan. Toni mendengar suara berisik dari masjid. Ia berteriak-teriak bagai orang gila. Ia mengumpat tuhan, tuhan diam saja, ia memaki tuhan, tuhan pun diam saja, ia menghina tuhan, tuhan pun tak berbuat apa-apa. Akhirnya Toni duduk lemas dibawah pohon beringin. Lelah ia berteriak, nafasnya satu dua. Badannya berkeringat. Orang-orang mengerumun mendekat. Pak Haji datang membawa air. Disuruhnya Toni ibadah. Toni marah, mengumpat dan meludah.


Pak Haji lari. Orang-orang juga berlari. Sandal bertebaran. Toni berdiri. Ia berjalan tak tentu arah. Toni berhenti. Di depan sebuah kuburan. Toni menangis. Sekali lagi Toni duduk menangis. Toni melihat nisan entah siapa di taman makam Keputih. Lahir Nopember mati Oktober. Tulis di nisannya. Toni menangis. Meraung raung. Sahabatnya datang. Umar namanya, tak kalah menyedihkan dari si Toni, ibarat sebuah roman film, si Umar adalah Cu Pat Kay yang selama hidup merindukan adik Cang Eh, si Umar senyum. dikatakannya.

“Ton, jika kamu ada beban, Ceritalah. Jika kamu menganggapku anugrah, rela aku memikul sebagaian deritamu, Ton”

Adalah Toni , meski bengis dan kejam dunia merombak imannya. Terhitung dari SD dia sudah berpindah agama tiga kali, sudah kenyang dia mengenyam candu agama meski tak sedalam Khalil Gibran. Tak sanggup ia membenci sahabatnya. Digandengnya si Umar. Beranjak ia ke surau, tempat yang sudah asing baginya. Ade sudah menanti, tersenyum ia melihat Toni.

“ah kau sudah datang sahabat, tak percuma aku menunggumu dalam gelap” sapanya sambil merangkul Toni bak kawan lama.

Wajah melow Ade Habib Achmad Badrawi bin Umar Bin Said Bin Soleh datang mampir sedikit. Senyumnya tulus, seutas lunas tanpa pamrih. Wajah tenang yang sudah kenyang ditubruk malang. Wajah sejuk yang sudah tamat melihat kutuk.


“sudah kah kau sujud Ashar kawan?” Tanya Ade.

Yang ditanya diam tanpa suara. Ade melow datang hendak merangkul, namun sudra mundur seperti takut dipukul.

“ada apa kawan lamaku? Tak bolehkah aku ini memeluk sahabat lamanya?” tanya Ade sambil tersenyum.

“malu aku De, pantaskah pendosa dipeluk wali macam kau?” kata Toni meringkuk.

“aih, sejak kapan aku yang hina ini jadi wali? Dikutuk Munkar dan Nakir aku nanti” katanya.

“aku, seperti dirimu adalah pendosa kawan, tak sedikit dusta mengalir dari mulutku, tak sedikit hatinya yang kusobek karena ulahku, dan tak ayal sikapku pernah menghunus hati orang” kata Ade melow menambahkan.

“aku
“aku lupa cara mencintai-Nya De” Toni bicara.

“tapi ia tak lupa beri kau cinta Ton” jawab Ade melow.

“aku sudah menghujat-Nya Ade” Toni kembali bicara.

“jika ia murka, sudah lepas kau punya kepala” jawab Ade melow.

“aku pernah membenci-Nya De” Sudra sekali lagi bicara.

“pernah ia tak memaafkan hambanya Ton? Bahkan iblis laknat pun akan diberinya ampun jika ia mau bertobat dan bersujud dibawah makam Adam” jawab Ade melow.

“mau kau lebih laknat dari Iblis Ton? Sudah lupa kau cara sholat kawan?” kembali Ade bertanya.

“tidak De, meski aku membenci-Nya, dalam sumpah syahadat tak mungkin aku lupa cara memuja-Nya” jawab Toni. Membanjir sudah air matanya. Kembali ia menatap ke sahabatnya yang sedari tadi masih melongo meratapi adik Cang Ehnya. Sungguh tidak ada warna lacur kebohongan dari anak yang dibesarkan penderitaan. Dihembuskan nafas kerelaan, yang entah sudah keberapaia hembuskan.

Hari ini aku berhutang nafas perjuangan padamu Yang Maha Menguatkan. Berjalan ia dalam keheningan. Diajak sahabatnya serta. Sebelum lepas nafas dari tenggorokan, aku bersumpah pada ia yang memutar bumi dan mengendalikan waktu. Tak akan kubiarkan kemlaratanku lepas kering bibirku mengingatmu Yang Maha Tak Tersamai. Pelan-pelan air bejana tanah itu mengalir, membasuh muka, tangan, rambut, telinga dan kakinya. Di ikuti oleh sahabatnya, beserta Ade melow disampingnya. Matahari waktu Ashar terasa lembut datang. Sudah lupa mereka tentang hutang, tentang SPP, dan tentang kostan. Ia bersatu dalam remang suara takbir, bibir merapal Al Fatihah, bersemadi memohon jalan yang lurus.


Maka ia yang selalu memohon kekuatan iman padanya akan datang lebih mulia di alam raya. Dan mereka yang memohon kemuliaan di jagat raya, akan tersungkur berteman mesra dengan iblis di neraka. Toni sudah lepas hutang tobat pada penciptanya. Kini ia hidup sendiri, dijalan, tanpa asuransi esok makan apa. Namun ia punya deposito berbunga, berlipat-lipat, beranak-pinak. Kelak saat lepas nafasnya, sebuah rekening pahala akan tuntas dibayar oleh yang Maha Memberi. Untuk semua aku berikan. Ibuku dan si bungsu, sahabat-sahabatku, kalian harus merasakan hasil jerih payaku nanti.

"Akulah Michael, putra asli Kediri" Ucapnya menengadah langit.


Toni yang bernama Michael, sebelum berubah menjadi Michaelonan

To Be Continue..
BACA SELENGKAPNYA - Panggil Aku Michael

Rabu

Bandu Hitam Sunda Dari Apid

 
 
 
Melangkah terseok-seok memikul beban perhiasan sederhana, menikmati setiap resapan sinar matahari ditengah debu-debu ibu kota. berjalan, yang hanya ia tahu hanya terus berjalan dan berjalan sampai dagangan mininya habis terjual, sepeser uang sangat berharga baginya tapi ketulusannya melebihi keinginannya mendapat uang. Oh nasib, tidak pernah kata itu terucap dari bilik bibirnya, ditengah-tengah hilir mudik kendaraan mewah, ditengah -tengah bau makanan menggiurkan, dia tetap istiqomah melangkah mencari harapan bandul-bandul ini habis terjual hari ini. 

Di teras warung kopi, Keputih, ITS, Surabaya tepat pukul 09.00 WIB, aku berjumpa dengan sosok pemuda hebat, Apid namanya, ditengah-tengah menikmati sensasi aroma kopi mocacino, disamping bacaan Koran Jawa Pos aku melihat sosoknya, wajahnya kusam terkena hembusan debu jalanan, tubuh kurus dengan kulit sawoh matang, merantau dari ujung kulon sampai singgah di ujung timur Jawa. oh Apid, betapa tegar hidup yang kau jalani ini, tak terucap satu katapun keluh kesah dibalik bibir hitammu itu.
Di teras warung itu aku hanya terpesona melihat kata-kata sunda yang terucapnya. Terkadang hati ini sedih melihat ketidak adilan ini, aku yang dari tadi menikmati harumnya kopi dengan penuh hikmat membaca koran pagi, tapi lihatlah sekarang, ada sosok pemuda yang rela melepaskan kepemudaannya hanya dengan bekerja dan bekerja. Melangkah dan terus melangkah tanpa peduli seberapa jauh ia melangkah.

" Punten kang, abdi kenging linggih didieun" kata sosok pemuda itu
" Mangga..Mangga kang " balas seminim mungkin bahasa sundaku

Sembari melepas lelah, ditaruhlah beban pikulan dipundaknya, menikmati hangatnya kopi diperaduan tenggorokannya. Mungkin ini cara dia melepas dahaganya, dia memilih kopi daripada minuman es ataupun bersoda, ah betapa dia sungguh sangat menghargai nikmat sehat jiwa ini.
Tanpa basa-basi aku mulai menampakkan diri asliku yang banyak bicara, celoteh demi celoteh entah diterimanya atau tidak, aku hanya berusaha rama kepada mas apid ini. oh seandainya, aku yang ada diposisinya, apa yang harus aku lakukan dengan hidup ini. ah tidaklah sama, aku adalah aku, dia adalah dia. bukan tugasku untuk berandai-andai saat ini. Menghibur, ya itulah kepandaianku saat ini, mungkin aku bisa menghiburnya dengan kata-kata, setidaknya tida bisa tersenyum dan memulai semangatnya kembali, aiii kenapa aku ini, aku hanya bisa menghibur orang lain tapi kenapa tidak bisa menghibur diri sendiri, ah sudahlah.

" ini jualannya mas ? ", tanyaku
" iya mas, berkeliling surabaya biar laku dagangan saya", balas pemuda itu
" emang dari mana mas, dari sunda ya? ", pertanyaanku sekaligus aku yang menjawab :D
" kok tau mas, saya dari Tasik, Jawa Barat mas " katanya
" ehehe.. masnya tadi ngomong pake bahasa sunda, lho jualannya dari tasik sampai kesini mas? ", kataku yang keheranan
" iya mas, saya jualan keliling dari tasik sampai kesini,surabaya, kadang jualan ke Tuban, Bojongoro, Cepu mas", timpalya
" Buseeet mas. dari ujung kulon sampai ujung timur jawa ini jualanannya, Subhanallah.. " balasku dengan sedikit muka sok keustad-ustadan.

Cukup akrab kita mengobrol, meski aku yang paling banyak ngomong tapi terlihat mimik wajahnya, dia senang dengan keramah tamahan ini, bagaimanupun dia tak sesenang diriku saat menemukan teman ngobrol seperti dirinya, entah apa yang mendasarinya untuk melalang buana seperti ini, aku merasa tak enak untuk menanyakannya, biarlah, yang penting kita bisa ngobrol bebas antara sesama laki-laki. tampak betapa jualannya masih banyak, berbagai mainan, dan asesorispun ada, walau minim dan terkesan sederhana tapi itu hasil karyanya. Ada satu barang yang aku lirik sedari tadi, Bandul Hitam, ya bandul. terkesan seperti asesoris pas buat kaum hawa, ingat jangan terlintas sedikitpun dalam pikiranmu kalau aku bencong, aku melirik bandul itu karena aku butuh saat ini, untuk rambutku yang sudah mulai gondrong dan hampir-hampir mencolok mata, ah sudahlah tak usah aku peduli apa pikiran kalian tentangku, aku suka jika orang berprasangka buruk kepadaku, semakin banyak orang-orang begitu semakin terkikislah dosa-dosaku yang bertumpuk ini. 

Aku  mulai berfantasi dengan sosok Apid ini, mencoba mencocokkan kesamaan Apid dengan sosok Budi dalam lagu "Sore tugu pancoran" yang dilantunkan Iwan Fals, meski beda fisik tapi inilah potret keadaan yang ada.

Si budi kecil kuyup menggigil
Menahan dingin tanpa jas hujan
Di simpang jalan tugu pancoran
Tunggu Pembeli jajakan koran
...
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksakan pecahkan karang, lemah jarimu terkepang
..
 (Sore Tugu Pancoran) by Iwan Fals
 
Lelucon-lelucon hangat mulai menampakkan hasil, gigi putih itu kini mulai tampak, mekarlah sudah senyuman mas Apid, lega dan sangat lega diri ini, tidak banyak yang aku harapkan saat itu, cukup membuat dia tersenyum aku sudah bahagia. Tanpa terduga mas Apid pun melontarkan lelucon yang berbau mitos rakyat sunda.

" Mas, anjeun uninga nuturkeun sepuh diditu, iraha lalaki jawa nikah sami awewe sunda eta hasilna sae mas, sabalikna iraha awewe jawa nikah sami lalaki sunda eta hasilna awon" kata apid
(Mas, kamu tau, kata sesepuh sana, jika laki-laki jawa menikah dengan wanita sunda maka hasilnya nanti baik,sebaliknya jika wanita jawa menikah dengan lelaki sunda hasilnya bakal jelek)

" ehehe..ah aya aya ae si akang mah, emang benar mas? ", serasa tertarik dengan teori sesepuh sana 
" iya mas bener ", jawab mas Apid

Itulah sedikit candaan berbauh mitos disana yang dilontarkan kepadaku, cukup menarik. ehehe. tapi terserah kalianlah mau percaya atau tidak. tak terasa waktu hampir satu jam kita habiskan dengan mengobrol sembari nyruput kopi, dengan perasaan canggung sosok pemuda itu berpamitan untuk meneruskan jualannya ke Malang. dengan penuh senyuman dan tanpa rasa menyesal, dia memberi bandul hitam jualannya kepadaku secara gratis. sungguh perasaan bercampur saat itu, antara senang dan tak enak, tapi apalah daya mas Apid ini memaksa untuk memberi bandul jualannya. Akupun terimah dengan uluran tangan tanda perpisahan.
 
Itulah dia, sosok pemuda dengan ketegaran tingkat dewa, uang serupiahpun berharga baginya tapi lihatlah, dia memberi bandul ini secara cuma-cuma, apa yang bisa dikata selalin, keikhlasan.  Menjalani hidup dengan menerima apa adanya, tanpa menharap apa dibelakangnya. Tuhanmu tidaklah buta membiarkan kita terluntah-luntah, biarlah seisi kota memandang rendah kita, Asal Tuhan tidak memandang rendah kita, ini pukulan bagiku, hardikan untuk diriku untuk meniru sosok pemuda tasik, Jawa Barat ini.

Selamat berpetualang mas Apid, semoga dagangannmu lari manis dan mendapat keberkahan, kapan-kapan kalau kita bertemu, aku kembalikan bandul hitam ini sebagai tanda terimah kasihku atas apa yang kau ajarkan kepadaku





BACA SELENGKAPNYA - Bandu Hitam Sunda Dari Apid

Sabtu

Ndelodok

 Pagi hari tadi entah kesurupan setan mana,aku berolaraga, setelah sholat subuh di Masjid dekat kosan , langsung kembali dikosan dan langsung merubah dandanan menjadi olaragawan sejati. Celana pendek, kaos yang dilapisi jaket jurusan super panas, sepatu sport dan tidak lupa tali skipping, semua komplet, bersegaralah aku mainkan jari kaki dan urat sendi yang entah sudah berapa puluh-puluh tahun terasa kaku karena tidak pernah olaraga.

30 menit setidaknya aku habiskan jogging di lapangan Kampusku, lumayan rame suasana saat itu, tapi apalah bagusnya kalau keramean itu hanya padat terisi oleh orang-orang tua yang sudah hampir mendekati kepala 5 keatas, dibalik keramean suasana tersirat perasaan kecewa karena hanya aku satu-satunya pemuda disana, oww sungguh malang nasibku,bergaul dengan para sesepuh sesepuh dunia. "Tak adakah sejenak mata ini disegarkan dengan uraian rambut basah para gadis saat jogging ? ".

Ya aku coba ikhlaskan semua keadaan itu, aku mulai menikmati lari-lari pagi saat itu, aku mulai menikmati keadaanku saat itu karena aku merasa, saat jogging akulah yang paling berstamina, pliiiss gak usah dibayangkan lawannya para orang tua.  Ternyata dugaanku salaaah, dibalik tubuh para orang-orang tua itu tersimpan energi luar biasa, terasa malu rasanya jika aku mau berhenti jogging karena alasan kecapekan, mau berhenti jogging malu sama orang orang tadi, mau melanjutkan jogging rasanya jantung mau copot. Tternyata keadaan memihakku kali ini, salah satu bapak tadi berhenti dari jogging dan minum minuman yang terlihat berwarna kuning, entah itu berisi Estra Joss, Kuku Bima atau bahkan Fanta rasa jeruk. Tanpa basa-basi aku pelankan langkah kakiku ke arah bapak yang berhenti jogging tadi, pucuk dicinta trikkupun berhasil, si kakek yang berhenti memanggilku.

"Ngasoh dulu mas,ini mas ada minuman,monggo!!! kata si kakek
"Nggeh pak,matur nuwon " kataku

Benarlah dugaanku, tidak mungkin para sesepuh ini minum-minuman bersoda seperti Extra Joss dan kawan-kawannya, ini minuman SINOM. Sumpah aku akan terasa muntah jika minum sinom, dari dulu aku tidak suka sinom walau kata orang khasiatnya bagus untuk tubuh, bagiku sekali benci tetaplah benci, asyeeek, bukan sifatku sebenarnya untuk pilih-pilih makanan atau minuman, aku itu orang rakus dalam makanan, apa saja masuk tapi hanya ada 2 makanan yang aku tidak akan masukkan ke perut sexy ku
1. Durian
2. Minuman Sinom
keduanya selalu membuatku merasa mual seperti ibu-ibu hamil, ohh kurasa analogi ibu-ibu hamil tidak tepat karena perutku tidak sebesar mereka,analogikan sajalah seperti Hirtik Rosan yang mual karena minum jamu jawa yang super duper pahit.

Tapi tentu aku juga punya tepo sliro atau tata krama dengan orang tua, tidak kutunjukkan kemualanku kepada si kakek, berpuralah aku bilang aku tidak haus .
Tanpa kusadari terjalinlah komunikasi yang akrab antara aku dan si kakek, ternyata si kakek orangnya sangat gokil abis, aku tidak bisa mengimbangi lelucon-leluconnya, sepertinya beliau ini berwawasan sangat luas, mulai dari ngobrol tentang dunia kampus, politik, budaya sampai ngobrol ndelodok (baca,kurang ajar,vulgar,atau apalah kalian menterjemahkannya) beliau jagonya, oh ya aku lupa.

Cerita ndelodoknya ini bercerita antara hubungan suami istri, seperti pada umumnya yang kita ketahui, mungkin dalam sebuah hubungan suami istri antara muda dan tua itu berbeda jauh. Kalau suami istri yang masih muda gejolak romantismenya masih sangat kental tapi lain halnya dengan gejolak romantisme pasangan suami istri yang sudah tua sudah begitu sangat jarang terlihat romantis-romantisme yang membekas termasuk dalam hal sex, dan inilah yang menjadi cerita ndelodok dari si kakek .

Begini mas, tuturnya, dalam sebuah kamar pasangan suami istri yang sudah berpuluhan tahun menikah mengalami sebuah percakapan,dalam inti percakapan tersebut suami minta istrinya melayaninya dalam berhubungan badan.

Suami : "Buk.. Isi pulsa yuk ???"
Karena sang istri sedang lelah dan tidak mood ,istri pun menjawab
Istir : "Maaf pak..lagi lowbat nih !!! "
Dan pada hari berikutnya suami masih berusaha minta lagi
Suami :"Buk..kalau sekarang,bapak isi pulsa gimana???"

Karena sang istri tidak sedang bergairah,istripun menjawab
Istri : "Maaf pak..lagi gak ada sinyal nih !!!"

Tak kenal menyerah suami itu pun meminta lagi dihari berikutnya
Suami : "Buk..Isi pulsa yuk..bapak sudah gak tahan nih???"

Ternyata pada saat itu sang istri sedang datang bulan dan diapun menjawab
Istri : " Sory pak... Operatornya lagi error nih !!!! "

Dengan hati kecewa suami itupun pergi tidur dan tidak pernah meminta lagi pada istrinya.
Pada hari berikutnya sang istri yang merasa bersalah pada suaminya dan ingin menebus kekecewaan pada suaminya, sang istripun meminta
Istri : "Pak..Isi Pulsa yuk!!!"

Dan sang suamipun menjawab 
Suami : " Maaf buk, bapak sudah ganti operator yang gak pernah error, sinyalnya kuat dan baterainya gak pernah lowbat..!!!"

Istri : " ............................"

Ahaha, tidak tau darimana si kakek dapat cerita kocak begituan, pengalaman pribadinya atau yang lain aku tidak mengerti tapi yang jelas perutku mual banget bukan karena minum sinom atau durian tapi karena ndelodoknya cerita kakek tadi, dan perasaan lelah karena jogging hilang musnah karena cerita si kakek tadi, kalau di pikir-pikir cerita ndelodok si kakek itu emang ada benarnya juga, kuwajiban seorang istri kan memang melayani suami dengan baik dan benar begitupula dengan suami. Aku jadi teringat perkataan temanku saat di facebook

"Meniduri Istri dengan baik dan santun itu sepertihalnya membunuh 70 orang kafir"(Al-hadist), kalau amrozi Cs cuma bisa membunuh 200an orang kafir dalam sehari, kita bisa melebih amrozi dengan membunuh 210 orang kafir dalam sehari, sehari 3X tentunya..ahahaha


BACA SELENGKAPNYA - Ndelodok

Minggu

Anoman Nyabrang Samudra


Sabtu pagi 06.45 WIB ada sebuah sms masuh diinbox HPku,
”Mas sabtu malam nanti nganggur g?” kata Arta.
“Cuma mau ngopi doank sama temen-temen, kenapa emang?” balasku
“Liat pergelaran wayang kulit yuk mas di kampusku, Jam 8 malem acaranya dimulai.ajakin temen-temenmu ya mas”kata Arta.
“oke,siap aku ta.kebetulan suka banget sama wayang, lakonnya apa ta?” balasku
“sip mas,  tak enteni.hehe. Anoman nyebrang samudra mas” kata arta

Atas informasi dari arta,seorang gadis dari Jogja yang mengenyam pendidikan dokter gigi di  Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya. Karena dekat dengan kampusku Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), akhirnya malam minggu,ku habiskan dengan menonton pergelaran wayang kulit di kampus Hang Tuah Suarabaya. Sontak semua teman-teman kampus aku beritahu lewat sms untuk ikut menonton pagelaran wayang,dan seperti yang kuduga rata-rata semua membalas dengan kata “males”, ”wegah”, ”emoh”..ahaha. Ya begitulah nasib budaya nusantara ini “wayang” seakan –akan ditinggalkan oleh kaum pemuda bangsanya sendiri. Ironis 

Menonton pagelaran wayang adalah sebuah tradisi di keluargaku,selama tempatnya terjangkau dari tempat aku pasti akan menontonnya. Meskipun pagelarannya dimulai jam 8 malam – 4 pagi, aku pasti akan menontonnya, Melakukan sesuatu yang kita sukai akan memberikan hasil yang maksimal, kata teman psikologku . 

Kesukaan terhadap wayang diturunkan oleh bapakku, sejak kecil jika ada wayang kulit aku pasti diajak bapak untuk menonton, bukan sebagai dongeng pengantar tidur tapi lebih ke cerita yang sarat akan filosofi hidup. Ada dua jenis cerita wayang yang sering ditampilkan, pertama cerita tentang Ramayana, di sini banyak menceritakan tentang kisah hidup para kesatrianya Sri rama/Ramawijaya, Lesmana, Anoman, Sugriwa yang menghadapai raja Alengka yang bernama Prabu Dasamuka/Rahwana sedangkan cerita kedua biasanya tentang Mahabarata, disini banyak diceritakan kisah hidup para pandawa sebagai satria penegak dharma Yudistira, Arjuna, Bima, Nakula dan Sadewa yang melawan saudara sendiri yang memiliki sifat angkara murka prabu Duryudana atau saudara kurawa dari kerajaan Astinapura. Karena yang diceritakan adalah epik dari jaman heroic jadi jarang ditemukan orang biasa, semua kestraia/lakon yang dimainkan memiliki kesaktian-kesaktian yang luar biasa, seperti halnya dalam Ramayana digambarkan prabu Dasamuka/Rahwana yang mempunyai ajian rawarontek dan ajian pancasona, tidak bisa mati jika tubuhnya terkena angin atau tanah. Anoman tidak kalah sakti lagi,si kera putih ini bias merubah wujud menjadi sekecil atom ataupun sebesar gunung . lah dalah kok malah ngelantur,

Oke langsung saja kita saksikan tayangan ulang dari pagelaran wayang kulit tadi malam. Oh ya lupa, wayang kali ini sangat special lho.. Tadi malam pagelaran wayangnya dimainkan oleh tiga dalang sekaligus, luar biasa. wayang yang biasanya dimainkan hanya oleh satu dalang tapi kali ini tidak, keharmonisan tembang yang dilantunkan sugguh perfecto dan ada satu lagi, selama menonton aku ditemani si arta, gadis cantik dari  Jogja. . Mbok dikon ndelok tiga hari tiga malam yow betah cok nak ngene aku. Jarang – jarang juga nemu gadis cantik yang suka wayang, mungkin si doi keturunan ratu Sima dari kerajaan Kalingga  yang hidup sekitar abad ke- 6 M dan terkenal dengan kecantikannya dan keadilannya dalam memerintah kerajaan sehingga disebut ratu adil (jangan GR ya ta???)

Dikisahkan dalam sebuah cerita Ramayana.

Kerajaan Mantili yang dipimpin oleh prabu Janaka mengadakan sayembara untuk memperebutkan putri mahkota yang cantik jelita yang bernama, Dewi Sinta, selain sangat cantik, dia diyakini sebagai titisan Bathara Sri Widowati, istri dari Batara Wisnu. Dewi Sinta terkenal sangat setia dan suci trilaksita, ucapan,hati dan pikirannya. Prabu Janaka menginginkan hanya seorang satria sejati yang bisa mempersunting anaknya ini, diadakanlah sayembara untuk mengangkat busur dewa Siwa, hanya satria titisan dewa yang sanggup untuk menggangkatnya, diundanglah semua pangeran dari berbagai kerajaan.

Ramawiaya, putra tunggal raja Dasarata dan Dewi Kusalya dari kerajaan Ayodya yang diyakini sebagai titisan Dewa Wisnu yang bertugas menciptakan kesejahteraan dunia, mendengar kabar itu memutuskan mengikuti sayembara tersebut, bersama adiknya lain ibu,eksmana, dia berangkat ke kerajaaan Mantili.

Beberapa pangeran dari kerajaan tidak ada yang bisa mengangkat busur Dewa Siwa yang disayembara, terkadang busur terasa seberat gunung jika diangkat dengan pangeran kerajaan yang buruk pikirannya, sampailah pada saat giliran Ramawijaya, dia melakukan sembah sungkem kepada busur Dewa Siwa, dengan mengucap beberapa mantra berlafad sangkerta, jagad dewa batara, busur diangkat Ramawijaya seperti halnya sebuah kapas yang ringan, semua yang ada terpelongoh melihat ketakjuban dari pangeran kerajaan Ayodya ini, Dewi Sinta yang sejak semula sudah terpikat oleh paras kesatria rama kedatangan Ramawijaya ke kerajaannya. Akhirnya dengan bangga prabu Janaka mempersilahkan Ramawijaya untuk memboyong Dewi Sinta ke Ayodya, bersama Leksmana adiknya, Ramawijaya pun berangkat ke negrinya, lengkap sudah senjata yang dimiliki ramawijaya ini, selain mempunya panah Gotawijaya yang sanggup menyerap semua kesaktiannya musuh-musuhnya dia juga mempunya busur Dewa Siwa.

Dilain pihak di pertapaan Dewasana ada seorang brahmana yang sakti mandraguna, resi Gotawa beristri Dewi Indraji, seorang bidadari. Dari perkawinannya itu resi Gotama mempunyai tiga orang anak yang bernama Dewi Anjani, Subali dan Sigriwa. Malah petaka akhirnya terjadi dalam kelurganya akbiat senjata pusaka cupu manik astagina yang dimiliki Dewi Anjani dari pemberian ibunya, Dewi Indraji yang mendapat hadiah cupu manik astagina dari perselingkuhannya dengan Batara Surya. Saat itu Subali dan Sugriwa melihat Dewi Anjani yang bermain cupu manik astagina, dimana jika senjata itu dibuka maka didalamnya akan bisa melihat segala peristiwa yang terjadi di angkasa dan bumi. 

Melihat kakaknya yang asyik bermain senjata itu, Subali dan Sugriwa ingin bermain dengan kakaknya, karena sudah diwanti-wanti oleh ibunya untuk tidak melihatkan senjata itu kesiapapun. Dewi Anjanipun menolak meminjamkan ke kedua adiknya.pertengkaran pun terjadi antara Subali dan Sugriwa untuk memperebutkan senjata itu, sampai saat resi Gotama mengetahi pertengkaran itu dan melerai putra-putraya untuk bertengkar. Karena rasa adilnya yang dimilikinya akhirnya dengan kesaktiannya resi Gotama melemparkan cupu manik astagina ke angkasa dan membelahnya menjadi dua dan jatuh ke bumi berubah wujud menjadi Telaga Sumala dan Telaga Nirmala ,bergegas Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa masuk kedalam Telaga Sumala dan naas setelah kembali bentuk tubuh mereka menjadi kera .

Untuk menebus kesalahannya dan agar bisa kembali ke wujud manusia, atas nasehat ayahandahnya. Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa disuruh bertapa. Dewi Anjani disuruh bertapa telanjang dan merinkuk sepertihalnya seekor katak di sebuah telaga, dan Subali disuruh bertapa bergelantungan dipohon dengan kaki diatas dan kepala dibawah sepertihalnya kalong di hutan sedangkan Sugriwa disuruh bertapa merangkak dan hanya memakan rumput-rumputan seperti halnya seeokar kijang. Tak disangka-sangka dalam pertapaannya itu mereka menjadi sakti mandraguna . Dewi Anjani yang dalam pertapaannya dia hamil karena menelan “air karma” dari Batara Guru melalui selembar daun sinom dan melahirkan seorang jabang bayi yang sakti mandraguno, bayi yang berwujud kera putih lantas diberinya nama Anoman. Subali yang dengan kegigihannya bertapa mendapat ajian pancasona, sebuah ajian yang tidak bisa membuat pemiliknya mati jika masih tertiup oleh hembusan angin. Sedangkan Sugriwa menjadi raja Kera di kerajaan Gowa kiskenda dan menikah dengan Dewi Tari atas jasa Subali yang berhasil membunuh prabu Maesasura dan Jatasura, dan akhirnya Dewi Anjani diangkat ke kayangan, Subali melanjutkan tapa bratanya dan menjadi seorang resi sedangkan Sugriwa menjadi raja di Gowa Kiskenda dan memimpin pasukan kera yang suatau saat nanti akan membantu Ramawijaya melawan Rahwana.

Di lain pihak ada seorang raja raksasan yang sakti mandraguna, raja bengis, licik dan angkara murka bernama prabu Dasamuka/Rahmana dari kerajaan Alengka. Rahmana yang memunyai ajian rawarontek, sebuah kesaktian yang menyebabkan pemiliknya tidak bisa mati jika salah satu tubuhnya masih menempel ditanah.Rahmana mempunyai tiga sauara kandung yang bernama Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka, dan Wibisana. Saudaranya yang bernama Kumbakarna terkanal sakti berwatak kesatria, dia berwatak jujur dan setia kepada negara. Dalam perang besar melawan Ramawijaya, Kumbakarna tidak berperang demi keangkara murkaan kakaknya Rahmana tapi lebih karena demi tanah air kerajaan Alengka yang membesarkannya. Rahwana merupakan sosok yang serakah, mendengar ada seorang resi yang sakti mandraguna bernama resi Subali yang mempunyai aji Pancasona, Rahmana mengajak perang tanding resi Subali, tapi naas, resi Subali yang sakti dapat mengalahkannya.dan dengan segala kelicikannya rahmana akhirnya menjadi murid dari resi Subali dan mendapat ajian pancasona yang dimiliki resi Subali. Dengan segala kelicikannya juga Rahwana menghasut Resi Subali untuk merebut Dewi Tari, istri dari saudaranya sendiri prabu Sugriwa. Dewi Tari pun akhirnya di ambli resi Subali dan akhirnya Dewi Tari mengandung janin yang kelak diberi nama Anggada. Merasa kuwalahan menghadapi kakaknya resi Subali, prabu Sugriwa meminta bantuan kepada Ramawijaya yang saat itu di menjalani pengasingan selama tiga belas tahun dari negaranya akibat ayahandanya prabu Dasarata yang terpaksa menyutuji permaisurinya yang lain, Dewi Kekayi.untuk menobatkan anaknya Barata menjadi raja Ayodya dan meminta Ramawijaya melakukan pengasingan tiga belas tahun lamanya. Selama pengasingan itu, Ramawijaya bertemu dengan prabu Sugriwa dan menolong prabu Sugriwa untuk merebut istrinya kembali dari tangan resi Subali yang telah berbuat angkara .

Dengan kesaktian Ramawijaya dan resi Subali, bumi pun gonjang –ganjing akibat dari pertikaian mereka.namun akhirnya resi Subali mati ditangan Ramawijaya. Dan memberikan Dewi Tari dan kerajaan Gowa Kiskenda kepada prabu Sugriwa. Semenajak hal itulah prabu Sugriwa bersumpah akan siap menolong Ramawijaya walau nyawa taruhannya. prabu Dasamuka atau Rahmana mendengar kecantikan dari Dewi Sinta, dengan para pembesar istananya, Rahwana mengatur strategi untuk menculik Dewi Sinta, dalam masa pengasinganya itu Ramawijaya, Dewi Sinta dan Leksmana tinggal di hutan, Rahmana membuat rencana licik dengan menyuruh anak buahnya menyamar menjadi kijang Kencana. Setelah melihat kijang Kencana itu akhirnya Dewi Sintapun terpikat dan meminta Ramawijaya untuk mendapatkan kijang kencana itu . Karena kecintaannya dengan Dewi Sinta itulah Ramawijya mengajak Leksmana adiknya untuk berbutu kijang Kencana. Dewi Sinta yang sendirian menjadi sasaran empuk bagi Rahwana untuk menculiknya dan menyekapnya di taman Sorgaloka Negara Alengka selama dua belas tahun lamanya.
Ramawijaya yang marah akhirnya meminta Rahwana mengembalikan Dewi Sinta, dengan segala kecongkakannya Rahwana menolaknya dan memutuskan untuk perang terbuka dengan Ramawijaya. Prabu Sugriwa yang mendengar hal itu ahirnya mengaturkan sembah kepada Ramawijaya untuk membantunya. Bagi Ramawijaya perangnya tidak hanya sebatas memperebutkan Dewi Sinta semata teteapi lebih untuk menghancurkan keangkara murkaan yang disebabkan Rahwana. Ramawijaya yang mempunyai bala tentara kera termasuk Anoman si kera putih keponakan dari prabu Sugriwa .

Negara Alengka yang dikelilingi oleh Samudra menyulitkan Ramawijaya dan bala tentaranya untuk menyebrang, karena para kera takut dengan  air maka atas saran Wibisana adik dari Rahwana yang tidak setuju dengan sikap angkara murka kakaknya akhirnya secara diam-diam membantu Ramawijaya, serta menyarankan Ramawijaya untuk membangun jembatan besar sebagai jalan untuk menyebrang ke negara Alengka. Karena kesaktiannya, Anoman ditugaskan untuk membangun jembatan itu .

Anoman  Mabur angkoso gowo pasak Bumi nyabrang samudro (Anoman bisa terbang, bisa mengangkat gunung-gunung ) menyebrang samudra dan mengangkat batu-batuan gunung untuk dijadikan jembatan . Semua bala tentara kera dikerahkan Narapatih Sugriwa( prabu Sugriwa diangkat menjadi senopati perang Ramawijaya), Anggada yang sama saktinya dengan Anoman pun dikerahkan. Selama membangun jembatan Rahwana mengutus para raksasa untuk mengacaukan pembuatan jembatan. Anoman dan Anggada yang sama – sama sakti pun menjadi garda terdepan dalam menggadapi raksasa-raksasa itu . dan akhirnya jembatan pun berhasil dibuat. Perangpun terjadi, perang antara Ramawijaya dan Rahwana yang menjadi filosofi antara perang kebaikan melawan keburukan selalu menjadi hal nyata yang terjadi disekeliling kita .

Jam Menunjukan angka tiga pagi, tak terasa pagelaran wayang sudah mendekati sesi akhir. seperti biasa pertunjukan wayang akan selalu di akhiri dengan sesi klimak dari sebuah pertunjukan wayang, sesi yang biasa disebut dengan Goro-Goro ,

Bumi gonjang ganjing,langit kerlap kerlip, samudra muntah mantih .
Bumi wes tuo, akeh wong wedok gawe celono, wong lanang paes macak wanito ,ibu ngelahirno anak tuo, ya dealah, edan buminne edan, anak wanito muni sekolah tapi mlayu, meteng, ngelahirno bayi tanpo bopo. Bojo langan muni istri sembayang malah mampir sendiko nang pupune wanito liyo, ya deala, bumi wes tua , edan bumine edan.
 
BACA SELENGKAPNYA - Anoman Nyabrang Samudra