Sabtu pagi 06.45 WIB ada sebuah sms masuh diinbox HPku,
”Mas sabtu malam nanti nganggur g?” kata Arta.
“Cuma mau ngopi doank sama temen-temen, kenapa emang?” balasku
“Liat pergelaran wayang kulit yuk mas di kampusku, Jam 8 malem acaranya dimulai.ajakin temen-temenmu ya mas”kata Arta.
“oke,siap aku ta.kebetulan suka banget sama wayang, lakonnya apa ta?” balasku
“sip mas, tak enteni.hehe. Anoman nyebrang samudra mas” kata arta
Atas informasi dari arta,seorang gadis dari Jogja yang mengenyam pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya. Karena dekat dengan kampusku Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), akhirnya malam minggu,ku habiskan dengan menonton pergelaran wayang kulit di kampus Hang Tuah Suarabaya. Sontak semua teman-teman kampus aku beritahu lewat sms untuk ikut menonton pagelaran wayang,dan seperti yang kuduga rata-rata semua membalas dengan kata “males”, ”wegah”, ”emoh”..ahaha. Ya begitulah nasib budaya nusantara ini “wayang” seakan –akan ditinggalkan oleh kaum pemuda bangsanya sendiri. Ironis
Menonton pagelaran wayang adalah sebuah tradisi di keluargaku,selama tempatnya terjangkau dari tempat aku pasti akan menontonnya. Meskipun pagelarannya dimulai jam 8 malam – 4 pagi, aku pasti akan menontonnya, Melakukan sesuatu yang kita sukai akan memberikan hasil yang maksimal, kata teman psikologku .
Kesukaan terhadap wayang diturunkan oleh bapakku, sejak kecil jika ada wayang kulit aku pasti diajak bapak untuk menonton, bukan sebagai dongeng pengantar tidur tapi lebih ke cerita yang sarat akan filosofi hidup. Ada dua jenis cerita wayang yang sering ditampilkan, pertama cerita tentang Ramayana, di sini banyak menceritakan tentang kisah hidup para kesatrianya Sri rama/Ramawijaya, Lesmana, Anoman, Sugriwa yang menghadapai raja Alengka yang bernama Prabu Dasamuka/Rahwana sedangkan cerita kedua biasanya tentang Mahabarata, disini banyak diceritakan kisah hidup para pandawa sebagai satria penegak dharma Yudistira, Arjuna, Bima, Nakula dan Sadewa yang melawan saudara sendiri yang memiliki sifat angkara murka prabu Duryudana atau saudara kurawa dari kerajaan Astinapura. Karena yang diceritakan adalah epik dari jaman heroic jadi jarang ditemukan orang biasa, semua kestraia/lakon yang dimainkan memiliki kesaktian-kesaktian yang luar biasa, seperti halnya dalam Ramayana digambarkan prabu Dasamuka/Rahwana yang mempunyai ajian rawarontek dan ajian pancasona, tidak bisa mati jika tubuhnya terkena angin atau tanah. Anoman tidak kalah sakti lagi,si kera putih ini bias merubah wujud menjadi sekecil atom ataupun sebesar gunung . lah dalah kok malah ngelantur,
Oke langsung saja kita saksikan tayangan ulang dari pagelaran wayang kulit tadi malam. Oh ya lupa, wayang kali ini sangat special lho.. Tadi malam pagelaran wayangnya dimainkan oleh tiga dalang sekaligus, luar biasa. wayang yang biasanya dimainkan hanya oleh satu dalang tapi kali ini tidak, keharmonisan tembang yang dilantunkan sugguh perfecto dan ada satu lagi, selama menonton aku ditemani si arta, gadis cantik dari Jogja. . Mbok dikon ndelok tiga hari tiga malam yow betah cok nak ngene aku. Jarang – jarang juga nemu gadis cantik yang suka wayang, mungkin si doi keturunan ratu Sima dari kerajaan Kalingga yang hidup sekitar abad ke- 6 M dan terkenal dengan kecantikannya dan keadilannya dalam memerintah kerajaan sehingga disebut ratu adil (jangan GR ya ta???)
Dikisahkan dalam sebuah cerita Ramayana.
Kerajaan Mantili yang dipimpin oleh prabu Janaka mengadakan sayembara untuk memperebutkan putri mahkota yang cantik jelita yang bernama, Dewi Sinta, selain sangat cantik, dia diyakini sebagai titisan Bathara Sri Widowati, istri dari Batara Wisnu. Dewi Sinta terkenal sangat setia dan suci trilaksita, ucapan,hati dan pikirannya. Prabu Janaka menginginkan hanya seorang satria sejati yang bisa mempersunting anaknya ini, diadakanlah sayembara untuk mengangkat busur dewa Siwa, hanya satria titisan dewa yang sanggup untuk menggangkatnya, diundanglah semua pangeran dari berbagai kerajaan.
Ramawiaya, putra tunggal raja Dasarata dan Dewi Kusalya dari kerajaan Ayodya yang diyakini sebagai titisan Dewa Wisnu yang bertugas menciptakan kesejahteraan dunia, mendengar kabar itu memutuskan mengikuti sayembara tersebut, bersama adiknya lain ibu,eksmana, dia berangkat ke kerajaaan Mantili.
Beberapa pangeran dari kerajaan tidak ada yang bisa mengangkat busur Dewa Siwa yang disayembara, terkadang busur terasa seberat gunung jika diangkat dengan pangeran kerajaan yang buruk pikirannya, sampailah pada saat giliran Ramawijaya, dia melakukan sembah sungkem kepada busur Dewa Siwa, dengan mengucap beberapa mantra berlafad sangkerta, jagad dewa batara, busur diangkat Ramawijaya seperti halnya sebuah kapas yang ringan, semua yang ada terpelongoh melihat ketakjuban dari pangeran kerajaan Ayodya ini, Dewi Sinta yang sejak semula sudah terpikat oleh paras kesatria rama kedatangan Ramawijaya ke kerajaannya. Akhirnya dengan bangga prabu Janaka mempersilahkan Ramawijaya untuk memboyong Dewi Sinta ke Ayodya, bersama Leksmana adiknya, Ramawijaya pun berangkat ke negrinya, lengkap sudah senjata yang dimiliki ramawijaya ini, selain mempunya panah Gotawijaya yang sanggup menyerap semua kesaktiannya musuh-musuhnya dia juga mempunya busur Dewa Siwa.
Dilain pihak di pertapaan Dewasana ada seorang brahmana yang sakti mandraguna, resi Gotawa beristri Dewi Indraji, seorang bidadari. Dari perkawinannya itu resi Gotama mempunyai tiga orang anak yang bernama Dewi Anjani, Subali dan Sigriwa. Malah petaka akhirnya terjadi dalam kelurganya akbiat senjata pusaka cupu manik astagina yang dimiliki Dewi Anjani dari pemberian ibunya, Dewi Indraji yang mendapat hadiah cupu manik astagina dari perselingkuhannya dengan Batara Surya. Saat itu Subali dan Sugriwa melihat Dewi Anjani yang bermain cupu manik astagina, dimana jika senjata itu dibuka maka didalamnya akan bisa melihat segala peristiwa yang terjadi di angkasa dan bumi.
Melihat kakaknya yang asyik bermain senjata itu, Subali dan Sugriwa ingin bermain dengan kakaknya, karena sudah diwanti-wanti oleh ibunya untuk tidak melihatkan senjata itu kesiapapun. Dewi Anjanipun menolak meminjamkan ke kedua adiknya.pertengkaran pun terjadi antara Subali dan Sugriwa untuk memperebutkan senjata itu, sampai saat resi Gotama mengetahi pertengkaran itu dan melerai putra-putraya untuk bertengkar. Karena rasa adilnya yang dimilikinya akhirnya dengan kesaktiannya resi Gotama melemparkan cupu manik astagina ke angkasa dan membelahnya menjadi dua dan jatuh ke bumi berubah wujud menjadi Telaga Sumala dan Telaga Nirmala ,bergegas Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa masuk kedalam Telaga Sumala dan naas setelah kembali bentuk tubuh mereka menjadi kera .
Untuk menebus kesalahannya dan agar bisa kembali ke wujud manusia, atas nasehat ayahandahnya. Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa disuruh bertapa. Dewi Anjani disuruh bertapa telanjang dan merinkuk sepertihalnya seekor katak di sebuah telaga, dan Subali disuruh bertapa bergelantungan dipohon dengan kaki diatas dan kepala dibawah sepertihalnya kalong di hutan sedangkan Sugriwa disuruh bertapa merangkak dan hanya memakan rumput-rumputan seperti halnya seeokar kijang. Tak disangka-sangka dalam pertapaannya itu mereka menjadi sakti mandraguna . Dewi Anjani yang dalam pertapaannya dia hamil karena menelan “air karma” dari Batara Guru melalui selembar daun sinom dan melahirkan seorang jabang bayi yang sakti mandraguno, bayi yang berwujud kera putih lantas diberinya nama Anoman. Subali yang dengan kegigihannya bertapa mendapat ajian pancasona, sebuah ajian yang tidak bisa membuat pemiliknya mati jika masih tertiup oleh hembusan angin. Sedangkan Sugriwa menjadi raja Kera di kerajaan Gowa kiskenda dan menikah dengan Dewi Tari atas jasa Subali yang berhasil membunuh prabu Maesasura dan Jatasura, dan akhirnya Dewi Anjani diangkat ke kayangan, Subali melanjutkan tapa bratanya dan menjadi seorang resi sedangkan Sugriwa menjadi raja di Gowa Kiskenda dan memimpin pasukan kera yang suatau saat nanti akan membantu Ramawijaya melawan Rahwana.
Di lain pihak ada seorang raja raksasan yang sakti mandraguna, raja bengis, licik dan angkara murka bernama prabu Dasamuka/Rahmana dari kerajaan Alengka. Rahmana yang memunyai ajian rawarontek, sebuah kesaktian yang menyebabkan pemiliknya tidak bisa mati jika salah satu tubuhnya masih menempel ditanah.Rahmana mempunyai tiga sauara kandung yang bernama Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka, dan Wibisana. Saudaranya yang bernama Kumbakarna terkanal sakti berwatak kesatria, dia berwatak jujur dan setia kepada negara. Dalam perang besar melawan Ramawijaya, Kumbakarna tidak berperang demi keangkara murkaan kakaknya Rahmana tapi lebih karena demi tanah air kerajaan Alengka yang membesarkannya. Rahwana merupakan sosok yang serakah, mendengar ada seorang resi yang sakti mandraguna bernama resi Subali yang mempunyai aji Pancasona, Rahmana mengajak perang tanding resi Subali, tapi naas, resi Subali yang sakti dapat mengalahkannya.dan dengan segala kelicikannya rahmana akhirnya menjadi murid dari resi Subali dan mendapat ajian pancasona yang dimiliki resi Subali. Dengan segala kelicikannya juga Rahwana menghasut Resi Subali untuk merebut Dewi Tari, istri dari saudaranya sendiri prabu Sugriwa. Dewi Tari pun akhirnya di ambli resi Subali dan akhirnya Dewi Tari mengandung janin yang kelak diberi nama Anggada. Merasa kuwalahan menghadapi kakaknya resi Subali, prabu Sugriwa meminta bantuan kepada Ramawijaya yang saat itu di menjalani pengasingan selama tiga belas tahun dari negaranya akibat ayahandanya prabu Dasarata yang terpaksa menyutuji permaisurinya yang lain, Dewi Kekayi.untuk menobatkan anaknya Barata menjadi raja Ayodya dan meminta Ramawijaya melakukan pengasingan tiga belas tahun lamanya. Selama pengasingan itu, Ramawijaya bertemu dengan prabu Sugriwa dan menolong prabu Sugriwa untuk merebut istrinya kembali dari tangan resi Subali yang telah berbuat angkara .
Dengan kesaktian Ramawijaya dan resi Subali, bumi pun gonjang –ganjing akibat dari pertikaian mereka.namun akhirnya resi Subali mati ditangan Ramawijaya. Dan memberikan Dewi Tari dan kerajaan Gowa Kiskenda kepada prabu Sugriwa. Semenajak hal itulah prabu Sugriwa bersumpah akan siap menolong Ramawijaya walau nyawa taruhannya. prabu Dasamuka atau Rahmana mendengar kecantikan dari Dewi Sinta, dengan para pembesar istananya, Rahwana mengatur strategi untuk menculik Dewi Sinta, dalam masa pengasinganya itu Ramawijaya, Dewi Sinta dan Leksmana tinggal di hutan, Rahmana membuat rencana licik dengan menyuruh anak buahnya menyamar menjadi kijang Kencana. Setelah melihat kijang Kencana itu akhirnya Dewi Sintapun terpikat dan meminta Ramawijaya untuk mendapatkan kijang kencana itu . Karena kecintaannya dengan Dewi Sinta itulah Ramawijya mengajak Leksmana adiknya untuk berbutu kijang Kencana. Dewi Sinta yang sendirian menjadi sasaran empuk bagi Rahwana untuk menculiknya dan menyekapnya di taman Sorgaloka Negara Alengka selama dua belas tahun lamanya.
Ramawijaya yang marah akhirnya meminta Rahwana mengembalikan Dewi Sinta, dengan segala kecongkakannya Rahwana menolaknya dan memutuskan untuk perang terbuka dengan Ramawijaya. Prabu Sugriwa yang mendengar hal itu ahirnya mengaturkan sembah kepada Ramawijaya untuk membantunya. Bagi Ramawijaya perangnya tidak hanya sebatas memperebutkan Dewi Sinta semata teteapi lebih untuk menghancurkan keangkara murkaan yang disebabkan Rahwana. Ramawijaya yang mempunyai bala tentara kera termasuk Anoman si kera putih keponakan dari prabu Sugriwa .
Negara Alengka yang dikelilingi oleh Samudra menyulitkan Ramawijaya dan bala tentaranya untuk menyebrang, karena para kera takut dengan air maka atas saran Wibisana adik dari Rahwana yang tidak setuju dengan sikap angkara murka kakaknya akhirnya secara diam-diam membantu Ramawijaya, serta menyarankan Ramawijaya untuk membangun jembatan besar sebagai jalan untuk menyebrang ke negara Alengka. Karena kesaktiannya, Anoman ditugaskan untuk membangun jembatan itu .
Anoman Mabur angkoso gowo pasak Bumi nyabrang samudro (Anoman bisa terbang, bisa mengangkat gunung-gunung ) menyebrang samudra dan mengangkat batu-batuan gunung untuk dijadikan jembatan . Semua bala tentara kera dikerahkan Narapatih Sugriwa( prabu Sugriwa diangkat menjadi senopati perang Ramawijaya), Anggada yang sama saktinya dengan Anoman pun dikerahkan. Selama membangun jembatan Rahwana mengutus para raksasa untuk mengacaukan pembuatan jembatan. Anoman dan Anggada yang sama – sama sakti pun menjadi garda terdepan dalam menggadapi raksasa-raksasa itu . dan akhirnya jembatan pun berhasil dibuat. Perangpun terjadi, perang antara Ramawijaya dan Rahwana yang menjadi filosofi antara perang kebaikan melawan keburukan selalu menjadi hal nyata yang terjadi disekeliling kita .
Jam Menunjukan angka tiga pagi, tak terasa pagelaran wayang sudah mendekati sesi akhir. seperti biasa pertunjukan wayang akan selalu di akhiri dengan sesi klimak dari sebuah pertunjukan wayang, sesi yang biasa disebut dengan Goro-Goro ,
Bumi gonjang ganjing,langit kerlap kerlip, samudra muntah mantih .
Bumi wes tuo, akeh wong wedok gawe celono, wong lanang paes macak wanito ,ibu ngelahirno anak tuo, ya dealah, edan buminne edan, anak wanito muni sekolah tapi mlayu, meteng, ngelahirno bayi tanpo bopo. Bojo langan muni istri sembayang malah mampir sendiko nang pupune wanito liyo, ya deala, bumi wes tua , edan bumine edan.