Photobucket
Tampilkan postingan dengan label Jawa Dwipa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jawa Dwipa. Tampilkan semua postingan

Senin

Peradaban Koneksitas Nusantara; Newton, Descartes, dan Einstein

Dulu, sebelum tuan Issac Newton mengeluarkan pernyataan bahwa dunia ini bergerak berdasarkan cara kerja mekanis, manusia masih memiliki peluang untuk berpikir dan bekerja menurut peradapan koneksitas

Okay kawan sebelum berlanjut, mungkin saya perlu sedikit bercerita tentang dua kata yang bergaris bawah diatas, Peradapan koneksitas atau biasa disebut dengan peradapan yang saling terhubung. Dan ngomong-ngomong masalah koneksitas, ada satu fakta fisika. Temuan baru dalam ranah teori fisika yang mengatakan dari hasil penelitiannya bahwa dunia ini, alam semesta ini bersifat non-lokal, artinya terkoneksi. Kita sama yang lain itu nyambung semuanya. Jika saya membutuhkan sesuatu, lalu saya datang ke tempat sesuatu itu lalu mengambilnya, itu bersifat lokal. Tapi saya bisa memerintahkan sesuatu itu untuk datang sendiri terbang atau datang kepada saya tanpa perlu saya mendatanginya, itu bersifat non-lokal. Atau dalam sebuah fakta ranah fisika disebut dengan dark energy karena kita belum  bisa mendeteksi secara langsung  tapi bisa merasakan kehadirannya, seperti gravitasi. Nah kawan, dulu ilmuan berfikir bahwa diantara proton dan elektron itu adalah ruang hampa. Demikian juga di antara planet-planet di jagat raya ini ruang hampa, ternyata tidak. Di antara proton dan elektron dan di antara planet-planet ini ada dark energy, jadi dark energy menjadi penghuung antara proton dan elektron, antara planet-planet di jagat raya ini. Juga menghubungkan kita dengan semua yang ada di luar diri kita. Mungkin dalam skala yang lebih makro, induk manusia yang melahirkan kita (bangsa Indonesia) berasal dari gen induk yang usianya lebih tua dari bangsa-bangsa di dunia ini, seperti bangsa Arab, Yahudi, dan lainnya.

( untuk "sedikit" percaya bahwa bangsa ini adalah memang berasal dari gen induk, silahkan kawan baca penemuannya Prof Dr Arsiyo santos tentang fakta Atlantis, dan karena saya tau kawan malas mencari, saya kasihkan resensi penemuannya dalam bentuk buku Atlantist the lost continent finally found ), baik kan saya? 

Bisa dibilang mereka (Arab, yahudi, dan lainnya) adalah bangsa muda yang belum pernah mencapai koneksitas tadi. Ketika nenek moyang kita sudah sampai pada peradaban koneksitas, Israel yang dipercaya banyak orang sebagai manusia-manusia yang sangat pintar hari ini belum apa-apa, tidak ada pawang hujan di Israel, beribu-ribu tahun lalu, pawang hujan sudah menjadi salah satu pekerjaan nenek moyang kita. ehehe.



Okelah, aku punya cerita unik tentang fakta peradapan koneksitas ini, cerita ini pernah ku dengar saat KH Mustofa Bisri atau sapaan akrabnya Gus Mus berceramah, beliau bercerita ;

Sebuah truk terguling di pengkolan jalan raya Lasem, hanya beberapa puluh meter dari pesantren Mbah Kiyai Baidlowi. Peti-peti sabun muatannya berserakan. Orang-orang merubung, banyak diantara mereka adalah santri-santri Mbah Baidlowi. Belakangan diketahui ada diantara peti-peti sabun itu yang hilang. Saudagar pemiliknya mengadu kepada polisi gubernemen (pemerintah Hindia Belanda) bahwa santri Mbah Baidlowi mengambil peti itu, sehingga Mbah Baidlowi pun dipanggil ke kantor gubernemen.





Mbah Baidlowi merasa jengkel dengan tuduhan semena-mena itu, tapi tetap datang memenuhi panggilan. Di hadapan polisi dan saudagar sabun, beliau langsung menggebrak,


"Berapa peti yang hilang? Berapa harganya?" Mbah Baidlowi merogoh saku baju atas dan mengeluarkan segepok uang, "Segini cukup? Kurang?" merogoh saku bawah, "Nih! Kurang?" merogoh saku yang lain, "Masih kurang?" mencopot kopiyah dan mengeluarkan gepokan uang dari dalamnya seperti tukang sulap megeluarkan kelinci, "Masih kurang juga?" mencopot sandal selopnya dan mendudut uang lembar demi lembar dari dalamnya... begitu seterusnya Mbah Baidlowi mengeluarkan uang dari setiap lobang yang ada pada pakaiannya! Polisi dan saudagar ketakutan hingga minta ampun kepadanya.

Bagaimana kawan, kita pasti heran uang tersebut dari mana coba?
Itulah yang dalam rana sains disebut dengan koneksitas atau kalau meneurut teori fisika disebut dengan Teori Keterikatan Kuantum ( Quantum Entanglement) dalam bahasa gaulnya disebuat dengan teleportasi, padahal fisika baru sampai ke sana dalam skala atomik. Dalam arti, itu baru terjadi pada penelitian di laboratorium dan benda yang berpindah bukan benda besar, tapi hanya atom. Prestasi terbesar fisika dalam hal ini dicapai Eugene Polzik dan timnya dimana mereka berhasil mengikat dua awan yang terdiri dari triliunan atom cesium. Tapi lihatlah nenek moyang kita, jangankan hanya memindahkan uang, kita pasti sering mendengar nenek moyang (orang yang dikata orang sakti) bisa berpindah satu tempat ke tempat yang lain, entah butuh berapa ratus tahun lagi teknologi yang ditemukan akan mampu memindahkan manusia, namun nenek moyang kita sudah membuktikannya :p

Pada masa Majapahit hingga Wali Songo di Jawa ada yang bisa mengubah buah aren tampak seperti bongkahan emas, seperti yang dilakukan sunan bonang terhadap brandal lokajaya(sunan kalijaga), namun saat itu manusia Eropa masih berpikir bahwa bumi adalah pusat alam semesta, dunia dikendalikan oleh para dewa dan jika petir datang, itu pertanda bahwa Dewa sedang marah kepada mereka. Saat itu, Eropa juga sangat dikuasai oleh gereja. Semua sisi kehidupan manusia tidak lepas dari kendali gereja. Warga Eropa juga tidak diberi akses untuk membaca kitab suci secara pribadi. Gerejalah satu-satunya ototritas menerbitkan surat pengampunan Tuhan atas dosa-dosa yang telah diperbuat manusia. Saat Nusantara sudah berabad-abad mencapai peradaban koneksitas, orang-orang kaya Eropa membeli surat pengampunan dosa.

Kemudian, teknologi percetakan ditemukan, alkitab bisa dicetak dalam jumlah masal. Salah satu akibatnya, muncul protes Martin Luther yang apada akhirnya menjadi awal gerakan protes terhadap gereja, lahirlah kaum protestan. Pada saat yang sama risalah-risalah sains juga mulai dipublikasikan. Teori Galileho dan Copernicus berhadap-hadapan dengan kemauan gereja, lalu, lahir pula Newton yang memperkenalkan cara kerja dunia seperti cara kerja mesin. Juga Descrates, sang juara pemuja logika serta ilmuan-ilmuan lain yang mulai melakukan penelitian untuk menemukan rahasia-rahasia dunia yang belum terkuak. Zaman itu dikenal dengan zaman renaisans Eropa yang kemudian melahirkan modernitas.

Sementara disaat yang hampir sama, di Nusantara, lambat laun kejayaan-kejayaan besar mulai pudar dan akhirnya runtuh. Manusia-manusia Nusantara yang sebelumnya akrab dengan teknologi internal (peradaban koneksitas) juga mulai luntur. Apalagi, sejak orang-orang Eropa mulai datang ke Nusantara, peradapan Nusantara mulai mengalami kemrosotan tajam. Puncaknya saat Belanda memperkenalkan sisitem pendidikan modern yang membawa serta cara pandang pemikiran modern atas dunia ini. Itulah titik balik peradapan koneksitas di Nusantara. Sebab, dunia modern yang diantaranya didasari oleh pemikiran Newton dan Descrates menganggap peradapan koneksitas adalah mitos,  magic, tidak masuk akal dan "sesat".

Namun, pandangan Newtonian yang beranggapan bahwa dunia ini sepenuhnya berada dlam kepastian mendadak musna begitu fisikawan abad ke-20 berhasil merumuskan mekanika kuantum. Inti dasar mekanika kunatum adlah dunia ini tidak melulu mekanis dan matematik seperti apa yang dipikirkan Newton  dan Descrates. Diawali oleh Planck dan diteruskan oleh Heisenberg, mekanika kuantum merusak bangunan mekanika klasik Newton dan menghajar teori Newton dan Descrates dengan telak. Rumusan para fisikawan terutama tuan Einstein sebagai pencetus teori relatifitas dengan mengembangkan mekanika kuantumnya Planck mengubah cara pandang manusia terhadap kehidupannya, dunia, alam semesta, dan orientasi peradapan. Mekanika kuantum memberi jalan bagi manusia untuk kembali mempercayai kosmologi sebelum zaman modern dengan semangat baru; semangat sains.
BACA SELENGKAPNYA - Peradaban Koneksitas Nusantara; Newton, Descartes, dan Einstein

Kamis

Indonesia; Atlantist The Lost Continent Finally Found

 
Finally...
"... bahasa menunjukkan bangsa..."
 
Begitulah kira-kira  potongan pepatah yang ada, artinya kalau boleh saya mengutarakan bahwa kesopanan yang terkandung didalam bahasa itu sering mencerminkan tingginya peradaban suatu bangsa. Semakin tinggi ragam bahasa maka bisa "disimpulkan" tingkat kecerdasan pikiran, kekreatifan tingkah laku dan beragamnya kebudayaan.Tetapi perbendaharaan kata  jelas mencerminkan ide dan pengalaman-pengalaman yang pernah dan sedang dihayati oleh suatu bangsa. Di samping perbendaharaan kata, berbagai variasi tutur seperti ragam, dialek, tingkat tutur, dan tata format yang ada di dalam bahasa itu pun dengan baik mencerminkan apa yang dialami oleh bangsa di dalam berbagai segi kehidupannya. Baiklah anda jangan percaya dengan teori diatas, karena teeori itu terucap dimulut seorang seperti saya, tapi dengan mengkesampingkan siapa saya dan dengan segala kerendahan hatimu kawan, marilah kita sama-sama menjawab pertanyaan dibawah ini dengan iklas tanpa mengharap hadiah 1 Milyar rupiah -- Karena ini bukan quis Who Want To Be a Milionaire.
 
Pernahkan anda menemukan negara yang tingkat kedetailan bahasanya melebihi detailnya bahasa yang ada di negara anda; Indonesia?
 
Kalo jawaban anda belum pernah, maka selamat anda akan memasuki pertanyaan selanjutnya.

Pernahkah terbetik dalam pikiran anda bahwa negeri yang anda  diami saat ini sangat mungkin, kemungkinan besar, dulunya kekaisaran dunia yang menjadi sumber segala peradaban besar?

Dan saya menjawab sangat mungkin. Terserah apa jabawan anda.
 
Itu hanya setitik bukti dari ranah bahasa yang disampaikan  seorang yang tidak pernah kuliah di sastra bahasa, jangan percaya karena percaya kepada saya adalah malapetaka bagi anda. Tapi mungkin anda akan percaya bahwa bangsa anda adalah bangsa dari nenek moyang peradaban yang ada jika dilakukan penelitian ilmiah dari seorang ilmuan. Mungkin seperti peradaban besar Atlantis yang sering disebut orang dengan istilah "Benua yang Hilang".

Atlantis !
Kata yang singkat namun membangkitkan perasaan yang mendalam pada sesuatu yang menakjubkan, sebuah misteri dan rasa kehilangan yang tidak tergantikan.  Perasaan campur aduk ini sudah ada sejak masa Plato, filosof besar yang menulis tentang Atlantis sekitar dua setengah ribu tahun silam, ketika Yunani masih menjadi pusat peradaban dunia Barat. Tetapi, apakah Atlantis sekedar mitos? sebuah dongeng moral? kreasi Science Fiction? atau, ia benar-benar ada dalam sejarah, yang entah bagaimana diangkat lagi ke dunia nyata oleh pena ajaib Plato?

Sebenarnya, pakar-pakar dibidang ini belum bersepakat apakah Atlantis pernah ada atau tidak lebih dari kayalan Plato belaka; dongeng moral yang dibuat Plato sebagai latar belakang etis bagi republik kayalan yang ideal, yang ia kemukakan dalam karya-karya lainnya, khususnya yang berjudul Republik. Beberapa pakar lebih senang berada di tengah-tengah dan menyatakan bahwa cerita Plato tentang Benua yang Hilang itu hanyalah hal-hal yang biasa yang dilebih-lebihkan , yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. 
 
Nah kawan, buku "Atlantist The Lost Continent Finally Found"  yang dikarang oleh Prof. Arysio Nunes dos Santos, Ph.D, seorang geolog dan fisikawan nuklir dari Brazil, mungkin akan mencenangkan anda, Buku Prof. Santos merupakan salah satu yang paling mencenangkan dibanding tulisan lainnya yang pernah ada terkaitan dengan Atlantist. Beliau mengungkap dan membalikan rahasia yang terpendam mengenai supremasi barat sebagai nenek moyang perdaban dunia. 
 
Dengan berbagai metode-metode ilmiah yang ada, buku ini jelas-jelas membuktikan bahwa asal-muasal peradaban dunia yang disebutkan Plato ternyata ada di Timur, tepatnya di Nusantara. Kesimpulan ini didapat setelah Prof. Santos melakukan penelitian selama 30 tahun. Ciri-ciri Atlantist yang dicatat Plato, secara menegejutkan, sangat cocok dengan kondisi geografis Indonesia daripada kawasan-kawasan lain di dunia. Dan yang lebih penting lagi adalah kisah tentang Atlantis bukanlah sekedar dongeng, tetapi nyata-nyata ada dan dapat dilacak tinggalan-tinggalannya melalui penelitian interdispliner.

Dalam bukunya Prof. Santos menemukan berbagai rentetan perstiwa besar yang terjadi, termasuk tentang penanggalan akhir Zaman Es Pleistosen dan juga Meltwater, air yang terbentuk oleh mencairnya salju dan es, khususnya daerah gletser yang sering disebut Plato sebgai Banjir Semesta.  Bahkan menunjukan cerita-cerita rakyat menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan dari penelitan 30 tahuan lamanya itu menjadi sesuatu yang memang terjadi; peradaban Minoan di Kreta, Misenianya Yunani, Troy atau pulau Cyprus atau peradaban kecil Zaman Perunggu. Dan semua cerita itu di tunjukan oleh Prof. Santos sebagai bagian dari Atlantis itu sendiri, dan bukan berarti Teori ini berdasarkan spekulasi sejarah tapi benar-benar ilmiah dan didasarkan atas fakta-fakta aktual yang diobservasi secara empiris, bukan didasarkan atas spekulasi atau religi atau tradisi saja.

Dan sayang beribu-ribu sayang, saya tidak bisa menulis rincian metode-metode penelitian di sini, keterbatasan ilmu sains, khusunya terkait geologi, yang saya miliki hanya mampu menulis secara umum. Tapi yang jelas, Teori baru, yang disampaikan Prof. Santos tentang Atlantis ada di Indonesia mungkin terdengar agak aneh dan bahkan menggelikan saat pertama kali diajukan. Kondisi hal ini saya kira serupa dengan yang dialami Heliosentrisme, yang menyebabkan para pendukungnya dipenjara. Begitu juga yang menimpa teori Relativitas, yang ditolak oleh semua ilmuan hingga sekitar 15 tahun kemudian ketika Einstein akhirnya berhasil mendapat dukungan Sir Arthur Eddington, ahli Matemtika dan astronomi ternama Inggris. Dan semua keraguan tentang teori ini hanya bisa diputuskan benar tidaknya oleh Mahkama Waktu. 
 
Apalagi kalau kita kaitkan dengan unsur politik, jelas teori Prof. Santos ini akan di anggap "angin lalu" oleh para pemikir-pemikir atau ilmuan-ilmuan barat, yang saat ini merasa diatas puncak sebagai pemegang saham terbesar atas peradaban dunia, tentu tidak lepas dari sematan sifat congkaknya. Melalui buku ini Prof. Santos menyatakan bahwa dari masa ke masa ada usaha untuk terus menyembunyikan kebenaran tentang kisah Atlantis. Jika ada orang yang berani membocorkan rahasia ini, hukumannya bisa sangat fatal: kematian! Mengapa demikian ? Ada kecurigaan bahwa kuasa-kuasa pengetahuan di Barat sengaja dan dengan cara-cara sistematis sekaligus laten tidak mengungkapkan rahasia ini kepada dunia. Jika rahasia ini terbongkar, sudah pasti mereka harus mengakui bahwa ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang mereka kukuhi saat ini ternyata berasal dari Timur, dimana dalam hal ini Prof. Santos dengan sangat yakin menyatakannya sebagai Indonesia.
 
Saya tertarik dengan untain kalimat dari Kyai Mbeling, Emha Ainun Najib atau akrab disebu Cak Nun, dengan sarkasmenya dia menuturkan  "Sejak 200 tahun yang lalu kekuatan bangsa Indonesia membuat dunia miris. Maka perlahan-perlahan, terdisain atau tak sengaja, terdapat semacam perjanjian tak tertulis di kalangan kepemimpinan dunia di berbagai bidang: Jangan sampai Indonesia menjadi bangsa yang besar, jangan sampai Negara Indonesia menjadi Negara yang maju. Sebab potensi alam dan manusia tak bisa dilawan oleh siapapun. Kalau diberi peluang, masyarakat Setan dan Iblispun kalah unggul dibanding ummat manusia Indonesia. Sedangkan orang Indonesia hidup iseng dan sambilan saja dalam melakukan apapun: setan-setan sudah semakin terpinggirkan dan kehilangan pekerjaan".
 
Buku ini saya kira menjadikan kita, bangsa Indonesia, tau bahwa ternyata kita adalah ahli waris peradaban tertua di dunia, yang tentu saja kitapun mewarisi gen nenek moyang yang sudah sangat maju peradabannya. 

And the last..
Recomended kawan, silahkan baca dan silahkan selami metode-metode ilmiah ini sebagai upaya penolak balak akan dongengan Indonesia yang lemah dan rapuh.

BACA SELENGKAPNYA - Indonesia; Atlantist The Lost Continent Finally Found

Minggu

Anoman Nyabrang Samudra


Sabtu pagi 06.45 WIB ada sebuah sms masuh diinbox HPku,
”Mas sabtu malam nanti nganggur g?” kata Arta.
“Cuma mau ngopi doank sama temen-temen, kenapa emang?” balasku
“Liat pergelaran wayang kulit yuk mas di kampusku, Jam 8 malem acaranya dimulai.ajakin temen-temenmu ya mas”kata Arta.
“oke,siap aku ta.kebetulan suka banget sama wayang, lakonnya apa ta?” balasku
“sip mas,  tak enteni.hehe. Anoman nyebrang samudra mas” kata arta

Atas informasi dari arta,seorang gadis dari Jogja yang mengenyam pendidikan dokter gigi di  Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya. Karena dekat dengan kampusku Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), akhirnya malam minggu,ku habiskan dengan menonton pergelaran wayang kulit di kampus Hang Tuah Suarabaya. Sontak semua teman-teman kampus aku beritahu lewat sms untuk ikut menonton pagelaran wayang,dan seperti yang kuduga rata-rata semua membalas dengan kata “males”, ”wegah”, ”emoh”..ahaha. Ya begitulah nasib budaya nusantara ini “wayang” seakan –akan ditinggalkan oleh kaum pemuda bangsanya sendiri. Ironis 

Menonton pagelaran wayang adalah sebuah tradisi di keluargaku,selama tempatnya terjangkau dari tempat aku pasti akan menontonnya. Meskipun pagelarannya dimulai jam 8 malam – 4 pagi, aku pasti akan menontonnya, Melakukan sesuatu yang kita sukai akan memberikan hasil yang maksimal, kata teman psikologku . 

Kesukaan terhadap wayang diturunkan oleh bapakku, sejak kecil jika ada wayang kulit aku pasti diajak bapak untuk menonton, bukan sebagai dongeng pengantar tidur tapi lebih ke cerita yang sarat akan filosofi hidup. Ada dua jenis cerita wayang yang sering ditampilkan, pertama cerita tentang Ramayana, di sini banyak menceritakan tentang kisah hidup para kesatrianya Sri rama/Ramawijaya, Lesmana, Anoman, Sugriwa yang menghadapai raja Alengka yang bernama Prabu Dasamuka/Rahwana sedangkan cerita kedua biasanya tentang Mahabarata, disini banyak diceritakan kisah hidup para pandawa sebagai satria penegak dharma Yudistira, Arjuna, Bima, Nakula dan Sadewa yang melawan saudara sendiri yang memiliki sifat angkara murka prabu Duryudana atau saudara kurawa dari kerajaan Astinapura. Karena yang diceritakan adalah epik dari jaman heroic jadi jarang ditemukan orang biasa, semua kestraia/lakon yang dimainkan memiliki kesaktian-kesaktian yang luar biasa, seperti halnya dalam Ramayana digambarkan prabu Dasamuka/Rahwana yang mempunyai ajian rawarontek dan ajian pancasona, tidak bisa mati jika tubuhnya terkena angin atau tanah. Anoman tidak kalah sakti lagi,si kera putih ini bias merubah wujud menjadi sekecil atom ataupun sebesar gunung . lah dalah kok malah ngelantur,

Oke langsung saja kita saksikan tayangan ulang dari pagelaran wayang kulit tadi malam. Oh ya lupa, wayang kali ini sangat special lho.. Tadi malam pagelaran wayangnya dimainkan oleh tiga dalang sekaligus, luar biasa. wayang yang biasanya dimainkan hanya oleh satu dalang tapi kali ini tidak, keharmonisan tembang yang dilantunkan sugguh perfecto dan ada satu lagi, selama menonton aku ditemani si arta, gadis cantik dari  Jogja. . Mbok dikon ndelok tiga hari tiga malam yow betah cok nak ngene aku. Jarang – jarang juga nemu gadis cantik yang suka wayang, mungkin si doi keturunan ratu Sima dari kerajaan Kalingga  yang hidup sekitar abad ke- 6 M dan terkenal dengan kecantikannya dan keadilannya dalam memerintah kerajaan sehingga disebut ratu adil (jangan GR ya ta???)

Dikisahkan dalam sebuah cerita Ramayana.

Kerajaan Mantili yang dipimpin oleh prabu Janaka mengadakan sayembara untuk memperebutkan putri mahkota yang cantik jelita yang bernama, Dewi Sinta, selain sangat cantik, dia diyakini sebagai titisan Bathara Sri Widowati, istri dari Batara Wisnu. Dewi Sinta terkenal sangat setia dan suci trilaksita, ucapan,hati dan pikirannya. Prabu Janaka menginginkan hanya seorang satria sejati yang bisa mempersunting anaknya ini, diadakanlah sayembara untuk mengangkat busur dewa Siwa, hanya satria titisan dewa yang sanggup untuk menggangkatnya, diundanglah semua pangeran dari berbagai kerajaan.

Ramawiaya, putra tunggal raja Dasarata dan Dewi Kusalya dari kerajaan Ayodya yang diyakini sebagai titisan Dewa Wisnu yang bertugas menciptakan kesejahteraan dunia, mendengar kabar itu memutuskan mengikuti sayembara tersebut, bersama adiknya lain ibu,eksmana, dia berangkat ke kerajaaan Mantili.

Beberapa pangeran dari kerajaan tidak ada yang bisa mengangkat busur Dewa Siwa yang disayembara, terkadang busur terasa seberat gunung jika diangkat dengan pangeran kerajaan yang buruk pikirannya, sampailah pada saat giliran Ramawijaya, dia melakukan sembah sungkem kepada busur Dewa Siwa, dengan mengucap beberapa mantra berlafad sangkerta, jagad dewa batara, busur diangkat Ramawijaya seperti halnya sebuah kapas yang ringan, semua yang ada terpelongoh melihat ketakjuban dari pangeran kerajaan Ayodya ini, Dewi Sinta yang sejak semula sudah terpikat oleh paras kesatria rama kedatangan Ramawijaya ke kerajaannya. Akhirnya dengan bangga prabu Janaka mempersilahkan Ramawijaya untuk memboyong Dewi Sinta ke Ayodya, bersama Leksmana adiknya, Ramawijaya pun berangkat ke negrinya, lengkap sudah senjata yang dimiliki ramawijaya ini, selain mempunya panah Gotawijaya yang sanggup menyerap semua kesaktiannya musuh-musuhnya dia juga mempunya busur Dewa Siwa.

Dilain pihak di pertapaan Dewasana ada seorang brahmana yang sakti mandraguna, resi Gotawa beristri Dewi Indraji, seorang bidadari. Dari perkawinannya itu resi Gotama mempunyai tiga orang anak yang bernama Dewi Anjani, Subali dan Sigriwa. Malah petaka akhirnya terjadi dalam kelurganya akbiat senjata pusaka cupu manik astagina yang dimiliki Dewi Anjani dari pemberian ibunya, Dewi Indraji yang mendapat hadiah cupu manik astagina dari perselingkuhannya dengan Batara Surya. Saat itu Subali dan Sugriwa melihat Dewi Anjani yang bermain cupu manik astagina, dimana jika senjata itu dibuka maka didalamnya akan bisa melihat segala peristiwa yang terjadi di angkasa dan bumi. 

Melihat kakaknya yang asyik bermain senjata itu, Subali dan Sugriwa ingin bermain dengan kakaknya, karena sudah diwanti-wanti oleh ibunya untuk tidak melihatkan senjata itu kesiapapun. Dewi Anjanipun menolak meminjamkan ke kedua adiknya.pertengkaran pun terjadi antara Subali dan Sugriwa untuk memperebutkan senjata itu, sampai saat resi Gotama mengetahi pertengkaran itu dan melerai putra-putraya untuk bertengkar. Karena rasa adilnya yang dimilikinya akhirnya dengan kesaktiannya resi Gotama melemparkan cupu manik astagina ke angkasa dan membelahnya menjadi dua dan jatuh ke bumi berubah wujud menjadi Telaga Sumala dan Telaga Nirmala ,bergegas Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa masuk kedalam Telaga Sumala dan naas setelah kembali bentuk tubuh mereka menjadi kera .

Untuk menebus kesalahannya dan agar bisa kembali ke wujud manusia, atas nasehat ayahandahnya. Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa disuruh bertapa. Dewi Anjani disuruh bertapa telanjang dan merinkuk sepertihalnya seekor katak di sebuah telaga, dan Subali disuruh bertapa bergelantungan dipohon dengan kaki diatas dan kepala dibawah sepertihalnya kalong di hutan sedangkan Sugriwa disuruh bertapa merangkak dan hanya memakan rumput-rumputan seperti halnya seeokar kijang. Tak disangka-sangka dalam pertapaannya itu mereka menjadi sakti mandraguna . Dewi Anjani yang dalam pertapaannya dia hamil karena menelan “air karma” dari Batara Guru melalui selembar daun sinom dan melahirkan seorang jabang bayi yang sakti mandraguno, bayi yang berwujud kera putih lantas diberinya nama Anoman. Subali yang dengan kegigihannya bertapa mendapat ajian pancasona, sebuah ajian yang tidak bisa membuat pemiliknya mati jika masih tertiup oleh hembusan angin. Sedangkan Sugriwa menjadi raja Kera di kerajaan Gowa kiskenda dan menikah dengan Dewi Tari atas jasa Subali yang berhasil membunuh prabu Maesasura dan Jatasura, dan akhirnya Dewi Anjani diangkat ke kayangan, Subali melanjutkan tapa bratanya dan menjadi seorang resi sedangkan Sugriwa menjadi raja di Gowa Kiskenda dan memimpin pasukan kera yang suatau saat nanti akan membantu Ramawijaya melawan Rahwana.

Di lain pihak ada seorang raja raksasan yang sakti mandraguna, raja bengis, licik dan angkara murka bernama prabu Dasamuka/Rahmana dari kerajaan Alengka. Rahmana yang memunyai ajian rawarontek, sebuah kesaktian yang menyebabkan pemiliknya tidak bisa mati jika salah satu tubuhnya masih menempel ditanah.Rahmana mempunyai tiga sauara kandung yang bernama Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka, dan Wibisana. Saudaranya yang bernama Kumbakarna terkanal sakti berwatak kesatria, dia berwatak jujur dan setia kepada negara. Dalam perang besar melawan Ramawijaya, Kumbakarna tidak berperang demi keangkara murkaan kakaknya Rahmana tapi lebih karena demi tanah air kerajaan Alengka yang membesarkannya. Rahwana merupakan sosok yang serakah, mendengar ada seorang resi yang sakti mandraguna bernama resi Subali yang mempunyai aji Pancasona, Rahmana mengajak perang tanding resi Subali, tapi naas, resi Subali yang sakti dapat mengalahkannya.dan dengan segala kelicikannya rahmana akhirnya menjadi murid dari resi Subali dan mendapat ajian pancasona yang dimiliki resi Subali. Dengan segala kelicikannya juga Rahwana menghasut Resi Subali untuk merebut Dewi Tari, istri dari saudaranya sendiri prabu Sugriwa. Dewi Tari pun akhirnya di ambli resi Subali dan akhirnya Dewi Tari mengandung janin yang kelak diberi nama Anggada. Merasa kuwalahan menghadapi kakaknya resi Subali, prabu Sugriwa meminta bantuan kepada Ramawijaya yang saat itu di menjalani pengasingan selama tiga belas tahun dari negaranya akibat ayahandanya prabu Dasarata yang terpaksa menyutuji permaisurinya yang lain, Dewi Kekayi.untuk menobatkan anaknya Barata menjadi raja Ayodya dan meminta Ramawijaya melakukan pengasingan tiga belas tahun lamanya. Selama pengasingan itu, Ramawijaya bertemu dengan prabu Sugriwa dan menolong prabu Sugriwa untuk merebut istrinya kembali dari tangan resi Subali yang telah berbuat angkara .

Dengan kesaktian Ramawijaya dan resi Subali, bumi pun gonjang –ganjing akibat dari pertikaian mereka.namun akhirnya resi Subali mati ditangan Ramawijaya. Dan memberikan Dewi Tari dan kerajaan Gowa Kiskenda kepada prabu Sugriwa. Semenajak hal itulah prabu Sugriwa bersumpah akan siap menolong Ramawijaya walau nyawa taruhannya. prabu Dasamuka atau Rahmana mendengar kecantikan dari Dewi Sinta, dengan para pembesar istananya, Rahwana mengatur strategi untuk menculik Dewi Sinta, dalam masa pengasinganya itu Ramawijaya, Dewi Sinta dan Leksmana tinggal di hutan, Rahmana membuat rencana licik dengan menyuruh anak buahnya menyamar menjadi kijang Kencana. Setelah melihat kijang Kencana itu akhirnya Dewi Sintapun terpikat dan meminta Ramawijaya untuk mendapatkan kijang kencana itu . Karena kecintaannya dengan Dewi Sinta itulah Ramawijya mengajak Leksmana adiknya untuk berbutu kijang Kencana. Dewi Sinta yang sendirian menjadi sasaran empuk bagi Rahwana untuk menculiknya dan menyekapnya di taman Sorgaloka Negara Alengka selama dua belas tahun lamanya.
Ramawijaya yang marah akhirnya meminta Rahwana mengembalikan Dewi Sinta, dengan segala kecongkakannya Rahwana menolaknya dan memutuskan untuk perang terbuka dengan Ramawijaya. Prabu Sugriwa yang mendengar hal itu ahirnya mengaturkan sembah kepada Ramawijaya untuk membantunya. Bagi Ramawijaya perangnya tidak hanya sebatas memperebutkan Dewi Sinta semata teteapi lebih untuk menghancurkan keangkara murkaan yang disebabkan Rahwana. Ramawijaya yang mempunyai bala tentara kera termasuk Anoman si kera putih keponakan dari prabu Sugriwa .

Negara Alengka yang dikelilingi oleh Samudra menyulitkan Ramawijaya dan bala tentaranya untuk menyebrang, karena para kera takut dengan  air maka atas saran Wibisana adik dari Rahwana yang tidak setuju dengan sikap angkara murka kakaknya akhirnya secara diam-diam membantu Ramawijaya, serta menyarankan Ramawijaya untuk membangun jembatan besar sebagai jalan untuk menyebrang ke negara Alengka. Karena kesaktiannya, Anoman ditugaskan untuk membangun jembatan itu .

Anoman  Mabur angkoso gowo pasak Bumi nyabrang samudro (Anoman bisa terbang, bisa mengangkat gunung-gunung ) menyebrang samudra dan mengangkat batu-batuan gunung untuk dijadikan jembatan . Semua bala tentara kera dikerahkan Narapatih Sugriwa( prabu Sugriwa diangkat menjadi senopati perang Ramawijaya), Anggada yang sama saktinya dengan Anoman pun dikerahkan. Selama membangun jembatan Rahwana mengutus para raksasa untuk mengacaukan pembuatan jembatan. Anoman dan Anggada yang sama – sama sakti pun menjadi garda terdepan dalam menggadapi raksasa-raksasa itu . dan akhirnya jembatan pun berhasil dibuat. Perangpun terjadi, perang antara Ramawijaya dan Rahwana yang menjadi filosofi antara perang kebaikan melawan keburukan selalu menjadi hal nyata yang terjadi disekeliling kita .

Jam Menunjukan angka tiga pagi, tak terasa pagelaran wayang sudah mendekati sesi akhir. seperti biasa pertunjukan wayang akan selalu di akhiri dengan sesi klimak dari sebuah pertunjukan wayang, sesi yang biasa disebut dengan Goro-Goro ,

Bumi gonjang ganjing,langit kerlap kerlip, samudra muntah mantih .
Bumi wes tuo, akeh wong wedok gawe celono, wong lanang paes macak wanito ,ibu ngelahirno anak tuo, ya dealah, edan buminne edan, anak wanito muni sekolah tapi mlayu, meteng, ngelahirno bayi tanpo bopo. Bojo langan muni istri sembayang malah mampir sendiko nang pupune wanito liyo, ya deala, bumi wes tua , edan bumine edan.
 
BACA SELENGKAPNYA - Anoman Nyabrang Samudra

Sabtu

Sirna Ilang Ing Kerthaning Bumi

         Kejayaan dan kehebatan sebuah bangsa akan selalu dikenang oleh sejarah, Indonesia yang dulu sering disebut orang sebagai nusantara pun pernah merasakannya. Sebuah Nusantara lama yang selalu menjadi negeri adidaya, mungkin dari awal sampai sekarang kita tahu, Nusantara adalah salah satu rahmat Tuhan yang diturunkan ke bumi, letaknya yang sangat strategis memainkan peran yang tidak kecil di belantara dunia ini. Laut yang menghasilkan bermacam – macam perhiasan dunia sampai dengan berbagai tanaman yang selalu menjadi tonggak duniapun ada.

Dari semua sejarah lika-liku Nusantara sepatutnya kita memang harus tau tentang nenek monyang bangsa ini, bukan untuk pamer wawasan tapi lebih untuk belajar bijak melalui sejarah, karena dengan sejarah kita akan tau tingkah pola orang-orang hebat dimasanya dan tentunya belajar mengimplementasikannya .
Dikala bathara Narada melakukan perjalanannya, dia melihat surga kecil di belahan bumi, surga kecil yang orang sebut saat ini sebagai “Nusantara”, dari abad ke abad nusantara mulai menampakkan citranya sebagai surga kecil. Jawadwipa yang menjadi sentral dari sebuah citra tak lekang dengan sejarah kehebatnnya.
Mulai dari Sriwijaya sampai ke Mataram, mereka dengan bijak mengelola nusantara ini, meskipun perebutan kekuasaan selalu menjadi bumbu-bumbu dalam menggapai kejayaan tapi semua itu terkelola dengan baik, orang-orang hebat selalu mewarnai nusantara ini.

Ken Arok dengan segala kecerdikannya telah berhasil menjadikan kota kecil Tumapel mejadi negara besar berupa Singosari, dengan segala kecerdikannya dia berhasil membawa Singosari menjadi negeri yang disegani, tak sebatas dari Jawa, daerah taklukan meleputi daerah Sunda sampai ke belahan laut timur (Malaka,Thailand sampai Kamboja,dll), sampai raja terakhir Singosari, Sri Kertanegara, melakukan “ekspansi dwipantra” dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan di luar Nusantara sampai ke kerajaan yang dilindungi Dinasti Yuan di Tiongkok  dibawah kekuasaan cucu Genghis kan, kubilai Khan abad ke 13 M.

Ekspansi yang dilakukan Kertanegara ini membuat murka Kubali Khan dan mengirim utusan ke Singosari untuk menyatakan bahwa Singosari harus takluk dibawah panji Kubilai Khan. namun dengan marah Sri Kertanegara memotong telinga utusan Kubilai Khan tersebut. Dari perseteruan dengan Kubilai Khan, Siongsari mendapat “rong-rongan” dari dalam negeri, mungkin sudah menjadi takdir dari sebuah kerajaan, perebutan kekuasaan harus disertai dengan pertumpahan darah. Ken Arok yang dulu mati ditangan Anusapati, anak dari Tunggul Ametung dan Ken Dedes, begitupula dengan  raja terakhir Singosari Sri Kertanegara dibunuh Jaya Katwang yang tak lain adalah besan dari Kertanegara sendiri dari kerajaan Gelang-gelang dengan mengalihkan kekuasaan di daerah Kediri, hal itu menjadi kisah heroik yang menjadi bumbu jual dari harga surge kecil ini.

Tuhan memang Maha Adil, menjadikan bumi ini sebagai roda yang selalu berputar. Abad ke 12–13 M Singosari yang menjadi Negara sentral lambat laun tergantikan perannya dengan sebuah daerah buangan kecil yang dipimpin menantu Kertajaya, dengan sebutan khasnya, Raden Wijaya membari nama dengan sebutan “Majapahit”. Ekspansi – ekspansi mulai dilakukan, dari daerah buangan sampai menjadi negeri yang menaklukan Singosari. Raden Wijaya, Ronggolawe dengan pamannya Lembu Sora berhasil membunuh Jaya Katwang dan memindahkan tampuk kekuasaannya untuk Majapahit.  Disinilah cikal bakal berdirinya sebutan “Nusantara”, dan Raden Wijaya disahkan menjadi Raja Majapahit dengan gelar abisekanya Sri Kertarajasa Jayawardhana.
Dari sini banyak muncul kisah heroik yang mewarnai Majapahit, mulai dari pemberontakan pertama yang dilakukan Ronggolawe adipati Tuban sampai ke pemberontakan terakhir Pati Nambi menjadi supplement hebat untuk selalu menguatkan Majapahit. Bisa dibilang saat itu, puncak kejayaan Majapahit saat dipimpin Hayam Wuruk dengan mahapatinya Gajah Mada. Saat itu Majapahit melakukan ekspansi besar-besaran dengan umbul-umbul khasnya “Merah Putih”  memulai penaklukan yang luar biasa.Gajah Mada dengan “Sumpah Palapa”nya yang akan menyatukan semua bagian nusantara dibawah kekuasaan Majapahit menjadi salah satu contoh tekat yang kuat untuk kita teladani.

Roda memang akan terus berputar.Sesudah mencapai puncaknya Majapahit berangsur-angsur mulai melemah, setelah sepeninggal Hayam Wuruk, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan tahta, Perang saudara yang disebut dengan “Perang Parareg” berlangsung cukup lama dan tampaknya perang saudara ini mengakibatkan  melemahnya kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang. Majapahit dengan raja terkahirnya Brawijaya V  dengan abdi setianya Sabda Palon dan Nara Genggong berhasil ditaklukan anak brawijaya sendiri Raden Patah.

Di Abad 14 M Islam mulai memainkan peranan yang penting dengan berdirinya Demak Bintoro. Wali Songo yang menjadi sental Islam di Jawa menjadikan demak berhasil menguasai Majapahit, dengan penerapan segala aturan Islamnya setidaknya Jawa menjadi basis kuat angka penyebaran Islam di Nusantara, selama masih ada kerajaan selama itu pula akan ada pertumpahan darah dalam perebutannya. Demak yang gagah perkasa berhasil ditumpas oleh Jaka Tingkir dengan segala kisah heroiknya berhasil membawa Kesultanan Pajang menjadi adidaya di sekitar abad ke 15 M dengan bergelar Sultan Hadiwijaya.
Corak yang sama (Islam) dengan demak menjadikan pajang sebagai penerus perjuangan dalam penyebaran Islam di Nusantara. Dengan segala kebijakannya pajang menjadikan wilayahnya sebagai khe-khilafah-an kecil yang selalu menjadikan islam sebagai basis untuk melakukan ekspansi walau tidak sebesar ekspansi yang dilakukan Majapahit.
Dilain daerah berdiri Tanah Perdikan (tanah pemberian,baca) dari Sultan Hadiwijaya yang bertempat di sekitar Gunung Merapi, dengan segala kisah kemistikannya dan segala mitosnya, Ki Ageng Pemanahan menamai dearahnya dengan sebutan Mataram. ada hubungan kekerabatan antara pajang dengan mataram.pendiri pajang “Jaka Tingkir” berteman akrab dengan pendiri Mataram,Ki Ageng Pemanahan, ayah dari Raden Sutawiya,untuk bersama-sama dalam menghancurkan kekuasaan Demak saat itu, dan Raden Sutawijaya sendiri diangkat menjadi anak angkat penguasa pajang Sultan Hadiwijaya, dengan segala hubungan kekerabatan tersebut mataram merasa “enggan” untuk menaklukan Pajang. Sampai Saat sepeninggal Ki Ageng Pemanahan Mataram dijadikan negeri merdeka tanpa baying-banyang Pajang, sampai sepeninggal Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, kesultanan Pajang mengalami “gonjang-ganjing” perebutan kekuasaan dari anak – anak Hadiwijaya, perebutan kekuasaan oleh Arya Panggiri dan Pangeran Benowo menjadi “kemelut hitam” di Pajang.

Raden Sutawijaya dengan segala kemistikannya berhasil membawah Pajang menjadi negeri taklukan dari Mataram. Entah apa yang terjadi saat itu, dari segala sumber sejarah kemistikan yang ada. Raja Mataram memang mempunyai bala bantuan “tak kasat mata”, dengan status Sutawijaya sebagai suami Nyi Roro Kidul memberikan suatu narasi mistik yang sulit dipercaya.
Mataram berhasil menjadi Negara yang besar, Sutawijaya diangkat menjadi raja dengan gelarnya “Panembahan Senopati”. Mataram tidak seperti halnya kerajaan-kerajaan lain sebelumnya yang mengandalkan laut sebagai pusat perdagangannya. Letaknya yang berada di lereng gunung Merapi menjadikan Mataram sebagai negara subur penghasil palawija dan rempah-rempah, bukan sebagai negara maritime karena Mataram diapit laut selatan yang mempunyai arus gelombang yang besar dan tidak memungkinkan Mataram membuat pelabuhan sebagai pusat perdagangan. Sampai beberapa abad lamanya Mataram Berjaya, dari raja ke raja sampai Sepeninggal Sultan Agung, raja Mataram dari Tahun 1613-1645 M, Mataram dipimpin Amangkurat I mengalami “gonjang-ganjing" kekuasaan, banyak pemberentokan disana -sini. Tercatat pemberontakan besar dilakukan oleh Trunojoyo, seorang bangsawan dari Madura.dari sinilah peran VOC mulai masuk, Amangkurat I mulai meminta bantuan dari VOC dan setali tiga uang VOC memainkan perannya untuk melakukan politik "Divide at empera"(politik memecah belah kekuasaan) .Kehancuran Mataram mulai terlihat saat pemerintahan Amangkurat II yang dinilai sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak puas dan pemberontakan terus terjadi . Berbeda dengan penguasa setalahnya Amangkurat III yang frontal sangat melawan VOC sehingga untuk terus menguasai dominasi kekuasaan VOC kapada Mataram, saat itu VOC dengan sekutunya dikalangan istana mulai memecah kekuasaan menjadi dua wilayah kekuasaannya.
Wilayah kasunanan Kartasura yang lambat laun menjadi kasultanan Surakarta dengan pimpinannya yang bergelar Pakubuwono dan wilayah kasultanan Yogyakarta  dengan pimpinannya yang bergelar  Hamengku Buwono. Mataram meninggalkan sejara kebudayaan yang sangat kental sampai saat ini, tapi terlepas dari itu semua. Matataram adalah tonggak berdirinya “Indonesia” dengan segala ceritanya.

Akan selalu ada masa sebuah kejayaan dan kehancuran dari sebuah negara, Majapahit yang dulu dikenal dengan negara super power hilang tak berbekas digantikan negara-negara kecil setelahnya. Seperti yang dikatakan Sabda Palon kepada Brawijaya V ,”Sirna Ilang Ing Kerthaning Bumi” (hilang musna diatas bumi). Mungkin yang dimaksut Sabda Palon adalah hilang Kewibaannya, hilang kejayaannya dan hilang kesejahteraannya . Tapi roda akan selalu berputar, Indonesia yang kini ilang ing kerthaning bumi suatu saat akan kembali dengan segala sejarah kehebatannya, entah apa bentuknya, yang jelas masa itu akan tiba, dan membawa nusantara ke dalam hakikat sesungguhnya “surga kecil” dari belahan bumi.

BACA SELENGKAPNYA - Sirna Ilang Ing Kerthaning Bumi

Selasa

Syair Kidung Pamungkas



Kepalsuan selalu menipu bumi yang lembut dan jujur
Topeng-Topeng putih yang seputih suci
laris terjual di pasar-pasar tertutup manusia busuk
yang menutupi kebusukannya
dendamku adalah kawah gunung berapi
yang tidak pernah padam
dendam seorang yang dianiaya dan teraniaya
oleh manusia kejam
mantra darah

Aku datang dari balik kabut merah
Terbang melintasi samudra darah
Langkahku pecah rembulan malam
Akan kuubah bising alam menjadi kelam
Akulah pangeran kegelapan
Kidung Pamungkas
Kuremas isi bumi dengan mantraku
Kekal ucap mantra
Mantra menusuk darah 
Gaya mantraku ajisukma darah
Kuisi pikiran pikiran manusia dengan darah
Darah mantraku mntra kidung pamungkas


BACA SELENGKAPNYA - Syair Kidung Pamungkas

IRONI TUTUR TINULAR VERSI 2011


Memasuki awal tahun 1989, sebuah sandiwara radio mahakarya dari S. Tidjab dikumandangkan secara nasional dengan judul Tutur Tinular. Awalnya sepi peminat, tapi lama kelamaan gaungnya makin menggema. Masyarakat begitu terlena dibawa S. Tidjab menyaksikan detik-detik keruntuhan Singhasari dan awal kebangkitan kerajaan teerbesar di Indonesia, yaitu Majapahit lengkap dengan kisah heroik dari Raden Wijaya, Lembu Sora, Ranggalawe, Nambi, Arya Wiraraja, dan tokoh patriot lain.

Semua kisah itu diramu begitu anggun oleh S. Tidjab, sang empunya cerita bersama dengan kedahsyatan pamor pedang Naga Puspa milik Arya Kamandanu, ratapan kesedihan si cantik Mei Shin, syair cinta surgawi milik Arya Dwipangga, dan percik-percik amarah dari si "lengan seribu" Sakawuni. Tak lupa sebagai garnish, Pak Tidjab menambahkan gaung ajian Segoro Geni dan Tapak Wisa milik Mpu Tong Bajil dan Dewi Sambi yang menjadi tabir gelap dari cerita. Bravo! Sungguh sebuah mahakarya yang sederajat dengan Legend of the Condor Heros, sang pembuka Trilogi Condor milik pujangga Chin Yung yang fenomenal itu.

Setali tiga uang, visualisasi atas karya agung ini akhirnya dibuat dalan layar lebar pada tahun yang sama dengan judul Pedang Naga Puspa. Masyarakat yang selama ini hanya bisa berimajinasi tentang sosok Arya Kamandanu dan Mei Shin, untuk pertama kalinya bisa menyaksikan secara visual tokoh kesayangan mereka lewat peran apik oleh Benny G. Rahardja dan Elly Ermawatie. Sukses dengan layar lebar pertama, ketiga sekuel lainnya pun akhirnya diproduksi hingga tahun 1992 dan berhasil memikat penonton yang tidak sedikit.

Puncak keemasan kisah Tutur Tinular pun akhirnya dimulai. Pada tahun 1997, PT. Gentabuana Pitaloka memproduksi serial televisi Tutur Tinular untuk pertama kalinya. Tidak tanggung-tanggung, selain melibatkan sederet sineas dan artis papan atas negeri ini, serial ini juga melakukan pengambilan gambar di negeri China selama 2 pekan. Penggarapan di negeri Tirai Bambu tersebut dikerjakan oleh para sineas China yang sudah kenyang asam garam penghargaan di berbagai festival film. Bahkan demi keseriusan penggarapan, peran Mei Shin dipercayakan pada aktris Li Yun Juan, seorang aktris China spesialis film bergendre laga kolosal. Hasilnya cuma satu kata : fantastis.

Tapi roda memang selalu berputar. Ada era keemasan, pasti ada era kehancuran. Tutur Tinular versi 2011 adalah kehancuran bagi Tutur Tinular. Sakit memang, jika kita melihat taman Surgaloka dihancurkan menjadi TPA Bantar Gerbang. Tapi itulah yang sekarang terjadi. Gentabuana Pitaloka yang memuliakan Tutur Tinular tapi Gentabuana Paramitha yang menistakan Tutur Tinular.

Tidak ada lagi deretan sineas papan atas negeri ini, yang ada seorang sineas asing dan sineas lain yang namanya tidak pernah bergaung di dunia seni peran Indonesia. Jangankan ada aktris papan atas negeri Tirai Bambu yang bermain disini, yang ada model linglung yang tidak mengerti dunia seni peran dan akhirnya jadi cemoohan para kalangan elite. Tidak ada lagi pamor Pedang Naga Puspa, yang ada seruling lagu India milik bocah Krisna yang cocok buat nina bobo bayi berdarah India. Tidak ada lagi rintihan kesedihan Mei Shin, yang ada pekikan tawa Mak Lampir yang memuakkan. Tidak ada lagi buaian syair indah Arya Dwipangga, yang ada teror menakutkan dari bayi setan bajang. Dan tidak ada lagi keruntuhan Singhasari, yang ada keruntuhan Manguntur karena dikuasai buto ijo.

Siapa yang salah? Produser, sutradara, senulis skenario, atau artis? Yang salah adalah kebodohan. Tidak akan ada orang licik jika tidak ada orang bodoh. Tidak akan ada tayangan sampah jika tidak ada orang bodoh yang menontonnya. Anda setia mengikuti Tutur Tinular versi 2011? Silahkan! Tapi saya tidak
BACA SELENGKAPNYA - IRONI TUTUR TINULAR VERSI 2011

Minggu

Kidung Cinta Arya Kamandanu / Wong Bulu

Pernah dengar  nama Arya Kamandanu ???
ya nama itu adalah sosok pemeran utama dalam sebuah filem kolosial "TUTUR TINULAR " yang menceritakan tentang kejayaan kerajaan Singosari yang dipimpin Kertajaya sampai kejayaan kerajaan Majapahit .filem itu sebenarnya sudah lama aku cari,dan kebetulan minggu ini dapat jatah cuti 1 minggu kerja so dipuas-puasin deh buat download filem dari episode 1 sampai terakhir ..ahahaha.

Masuk Ke Cerita
dari semula berdirinya kerajaan singosari memang banyak sekali menimbulkan intrik -intrik kotor yang menimbulkan banyak sekali bencana bagi rakyat.dulu ketika sekitar abad ke 12 memang di indonesia(khususnya jawa) ini banyak sekali berdiri kerajaan -kerjaan.diantara banyaknya kerajaaan,ada satu kerajaan besar yang didirikan seorang raja yang dulunya bernama "Ken Arok".puncak kejayaan dari kerajaan singosari ini saat dipimpin raja kertanegara ( mertua dari Raden Wijaya/Kertarasajasa jayawardana(raja dari kerjaan majapahit)) bahkan kekuasaan singsari saat itu membentang sampai kedataran utara.

Lho kok cerita beginian..ahaha..cerita kerajaannya dilanjutkan besok-besok saja yak.hari ini ane mau bercerita tentang sosok pemuda yang bernama Arya Kamandanu..

Bagiku crita cinta Arya Kamandanu lebih mengharukan dari pada cerita cinta "Romeo and Juliet" ataupun "Laila dan Majnun" .
Arya Kamandanu merupakan sosok pemuda yang apa adanya,sederhana dan polos terhadap wanita.suatu ketika di desa kurawan ,desa dari empu rubahya dan empu hanggareksa (ayah arya kamandanu) ,kedua empu ini jika diruntut dari silsilah guru merka adalah empu gandring yang ceritanya sudah masyur ditelinga kita.dan dari peristiwa tewasnya empu gandring ditangan ken arok,sudah menjadi kewajiban bagi semua murid empu gandring untuk sumpah setia tidak akan mengabdi di kerajaan ken arok "singosari".
suatu ketika empuh hungareksa telah menyalahi sumpahnya karena dia telah membuatkan senjata untuk  kerajaan singosari yang mau berperang dengan kerajaan sunda.
reflek empuh rubahya sebagai kakak seperguruannya marah dan diam-diam melatih arya kamandanu dan menempah mental kamandanu untuk menjadi kesatria .
dibalik latihan kamandanu,ternyata seorang kamandanu menyimpan sebuah crita cinta yang tragis.
suatu ketika Arya kamandanu mencintai gadis dari tetangga sebelah kurawan,Seorang gadis cantik dan baik hati "NINI RATIH" ,cinta yang didambakan Arya Kamandanu ternyata tidak bertepok sebelah tangan,nini ratih ternyata juga ada rasa dengan arya kamandanu sampai pada saat mereka saling bertemu di sebuah candi untuk mngungkapkan isi hati masing-masing,tapi memang rasa malu menyelimuti kisah cinta mereka ,kamandanu dan nini ratih hanya bicara dan bicara tanpa mengungkapkan perasaaan masing-msing.
hari demi hari mereka tak bertemu dan kamandanu menyimpan kerinduan yang amat dalam dari sebuah perasaan yang tak terungkapkan,terbalik kenyataannya dengan nini ratih,dia bahagia bukan kepalang ketika setiap hari menerima syair-syair cinta yang mengatasnamakan Arya kamandanu,ternyata setelah ditelisir lebih jauh yang menulis syair adalah tidak lain kakak kamandanu "Arya Dwipangga".sungguh naas ,nini ratihpun berbalik mencintai arya dwipangga sementara kamandanu masih menyimpan rindu yang teramat dalam.sampai suatu ketika nini ratih dihamili oleh arya dwipangga dan arya dwipanggapun menikahinya.
hati arya kamandanupun hancur berkeping-keping dan kamandanu memutuskan untuk mengembara mencari ilmu kanuragan .
kasian sekali memang cerita arya kamandanu ini,,hiks..kenapa aku beri juduk kidung cinta arya kamandanu/wong bulu..YA Karena seperti itulah cintaku dulu 4 tahun silam ,kalo ingat,sungguh pengen nonjok rasanya muka cowok yang hamilin dia,,ahaha.

ya memang jodoh tidak bisa kita tebak ,karena ketika jodoh bisa ditebak maka kita tidak akan pernah tau yang namanya memperjuangkan cinta ...cieleh..ahaha

BACA SELENGKAPNYA - Kidung Cinta Arya Kamandanu / Wong Bulu